Publik memberi perhatian besar terhadap pertemuan Jokowi di Gedung Putih. Indonesia dinilai tak memiliki kekuatan di pentas Internasional karena satu hal, ada broker pertemuan Jokowi ke Gedung Putih.
Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu Presiden Barack Obama. Ada kabar tidak sedap yang muncul terkait pertemuan tersebut. Hal itu terkait dengan peran di balik layar konsultan public relation (PR) Singapura yang membayar 80 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,08 miliar kepada sebuah broker atau pihak ketiga.
Pihak ketiga itu memfasilitasi pertemuan kedua presiden tersebut. Dengan jasa broker, Jokowi akhirnya bisa bertemu Obama di Gedung Putih. Adalah Michael Buehler, dosen Ilmu Politik Asia Tenggara di School of Oriental and African Studies di London yang mengungkap skandal tersebut. Buehler menuliskannya dalam artikel berjudul "Waiting In The White House Lobby" yang dipublikasikan laman New Mandala http://asiapacific.anu.edu.au pada Jumat (6/11).
Adalah kabar yang begitu menyedot banyak perhatian publik. Kementerian Luar Negeri membantah, dan memastikan pertemuan tidak menggunakan jasa broker. Hanya saja, publik sudah terlanjur menilai rendah diplomasi pemerintah Indonesia.
Klik untuk selanjutnya, Desember: Setya Novanto Menambah Kisruh Dua Kubu Golkar