Selasa 24 Nov 2015 18:40 WIB

Ratusan Desa di Majalengka Rawan Longsor

Rep: Lilis Handayani/ Red: Karta Raharja Ucu
Jalur rawan longsor.   (ilustrasi)
Foto: Antara/Ampelsa
Jalur rawan longsor. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Memasuki musim penghujan, bencana longsor dari pergerakan tanah mengancam Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Sejumlah langkah pun dilakukan untuk mengantisipasi ancaman tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka, Tatang Rahmat menyebutkan, dari 343 desa di Kabupaten Majalengka, 126 desa di antaranya rawan longsor. Selain itu, 43 desa juga rawan pergerakan tanah.

"Semua desa yang rawan longsor dan pergerakan tanah itu terletak di wilayah Majalengka selatan," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, Tatang Rahmat kepada Republika.co.id, Selasa (24/11).

Desa-desa yang rawan longsor maupun pergerakan tanah tersebut tersebar di berbagai kecamatan. Di antaranya Kecamatan Bantarujeg, Lemahsugih, Cingambul, Talaga dan Malausma.

Tatang menambahkan, musim kemarau ekstrem tahun ini telah mengakibatkan tanah menjadi retak-retak. Akibatnya, retakan tanah akan terisi air saat hujan dan akan bergerak atau amblas. Kondisi itupun dikhawatirkan membuat ancaman longsor akan semakin besar.

Untuk mengantisipasi hal itu, BPBD sudah mengirimkan surat, terutama kepada daerah yang rawan bencana untuk menutup retakan tanah yang terjadi saat musim kemarau. Penutupan tanah itu dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

Tak hanya itu, tambah Tatang, dalam menghadapi ancaman bencana, pihaknya juga melakukan pembinaan terhadap kader desa mengenai cara penanganan bencana. Tak hanya desa yang rawan longsor dan pergerakan tanah, pembinaan dilakukan terhadap kader seluruh desa di Kabupaten Majalengka.

Tatang menjelaskan, guna mengantisipasi bencana pergerakan tanah, BPBD akan menyiapkan alat pendeteksi dini pergerakan tanah. Alat yang berasal dari bantuan Pemerintah Pusat itu akan dipasang di empat lokasi yang dinilai sangat rawan pergerakan tanah.

Adapun keempat lokasi itu, yakni Kecamatan Malausma, Desa Cibeureum Kecamatan Talaga, Desa Padarek Kecamatan Lemahsugih dan Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka.

Dengan adanya alat deteksi tersebut, terang Tatang, pergerakan tanah diharapkan bisa secepatnya terdeteksi. Dengan demikian, dampak dari bencana itu dapat diminimalisasi.

Selain longsor dan pergerakan tanah, Kabupaten Majalengka pun rawan bencana banjir. Di antaranya di Kecamatan Majalengka, Kadipaten, Jatiwangi, Ligung dan Kertajati. Daerah-daerah tersebut berada di dataran rendah yang letaknya dekat dengan sungai.

Sementara itu, berdasarkan pantauan selama dua pekan terakhir, sejumlah  wilayah di Kabupaten Majalengka mulai dilanda hujan deras. "Di sini hujan turun hampir setiap hari," tutur warga Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Ade Nurjanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement