REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Purwakarta, Jabar, mencatat ada 17 desa di tujuh kecamatan yang masuk dalam daftar zona merah. Zona merah tersebut, kategori paling rawan terjadinya bencana tanah longsor saat musim penghujan.
Kepala Dinas ESDM Kabupaten Purwakarta, Wawan Tarsamana Setiawan, mengatakan, pihaknya terus melakukan pengawasan secara intensif di 17 desa itu. Apalagi, saat ini Purwakarta telah diguyur hujan beberapa kali. Hal itu, menandakan sebentar lagi akan memasuki musim penghujan.
"Biasanya, dari musim kemarau ke musim penghujan, selalu disertai kejadian pergerakan tanah. Kondisi ini yang kita waspadai," ujar Wawan, Kamis (6/11).
Wawan mengaku, jika melihat dari kondisi Kabupaten Purwakarta yang sebagian wilayahnya terdiri dari tanah lempung, sangatlah berpotensi terjadi longsor saat musim hujan. Karena, karakteristik jenis tanah seperti itu, yakni jika terkena panas akan //ngeprul//. Tapi, jika terkena hujan rentan terbawa arus.
Adapun desa dan kecamatan yang masuk zona merah itu, yakni, Desa Pamoyanan, Kecamatan Plered. Kemudian, Desa Cianting, Sukajaya, Cijantung dan Panyindangan yang ada di Kecamatan Sukatani.
Di Kecamatan Wanayasa, ada tiga desa, yakni Sukadami, Ciawi dan Taringgul Tonggoh. Di Kecamatan Pasawahan, meliputi Desa Ciherang, Cidahu, dan Kertajaya. Lalu, Kecamatan Purwakarta meliputi Kelurahan Sindangkasih, dan Kelurahan Nagri Kidul.
Di Kecamatan Pondok Salam meliputi Desa Salam Mulya. Untuk Kecamatan Jatiluhur meliputi Desa Parakan Lima dan Cisalada. Kecamatan Darangdan hanya satu desa, yakni Desa Sawit.
Selain zona merah, pihaknya juga mewaspadai wilayah yang masuk zona kuning. Untuk zona kuning ini, kondisinya hampir merata di seluruh kecamatan. Purwakarta, ada 17 kecamatan. Hampir seluruh desanya masuk zona kuning alias rentan gerakan tanah (longsor).
Tak hanya longsor, lanjut Wawan, memasuki pergantian musim ini yang perlu diwaspadai juga soal angin ribut. Karena, hampir seluruh kecamatan yang ada berpotensi terjadi bencana tersebut.
"Dulu trennya longsor. Sekarang disertai dengan angin ribut," ujarnya.