Senin 11 Nov 2019 17:05 WIB

13 Desa Rawan Longsor di Cilacap Terpantau EWS

Early Warning System (EWS) yang mendeteksi kemungkinan terjadinya longsor.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Esthi Maharani
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memasang alat pendeteksi dini (early warning system) banjir di Desa Sumberkolak, Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (8/12/2018).
Foto: Antara/Seno
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memasang alat pendeteksi dini (early warning system) banjir di Desa Sumberkolak, Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (8/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Menghadapi musim penghujan akhir tahun ini, sebanyak 13 desa rawan longsor di wilayah barat Kabupaten Cilacap, relatif lebih siap mengantisipasi bencana. Hal ini mengingat di wilayah ke 13 desa tersebut, telah terpasang peralatan alat peringatan dini atau Early Warning System (EWS) yang mendeteksi kemungkinan terjadinya longsor.

Perangkat EWS tersebut, antara lain terpasang di desa-desa rawan longsor yang berada di Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu dan Karangpucung.

''Perangkat EWS yang terpasang, merupakan bantuan dari berbagai pihak. Baik bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG),'' jelas Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono, Senin (11/11).

Dia menyebutkan, satu unit EWS terakhir yang dipasang di Desa Hanum Kecamatan Dayeuhluhur, merupakan EWS bantuan dari UGM. ''Kami berharap, dengan adanya kelengkapan EWS, kemungkinan jatuhnya korban bila terjadi longsor, bisa diminimalisir,'' katanya.

Menurutnya, seluruh perangkat EWS tersebut sudah terkoneksi dengan piranti pemantauan di kantor UPT BPBD  Majenang. ''Dengan demikian, bila akan terjadi longsor maka seluruh langkah antisipatif sudah bisa langsung dilakukan,'' katanya.

Terkait dengan datangnya musim penghujan, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo, meminta agar warga yang tinggal di wilayah rawan bencana agar mulai meningkatkan kewaspadaan. ''Terutama di wilayah yang rawan longsor,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, kemarau yang berlangsung cukup panjang telah menyebabkan kondisi tanah di kawasan perbukitan menjadi sangat kering. ''Bila tanah yang kering ini tersiram hujan terus menerus, maka akan rentan terjadi gerakan tanah atau longsor,'' katanya.

Selain itu, Teguh juga mengingatkan warga mengenai kemungkinan terjadinya bencana banjir dan angin kencang. Dia menyebutkan, Desember 2019 mendatang, curah hujan diperkirakan akan cukup tinggi. Hal ini bisa menyebabkan air sungai meluap dan menyebabkan banjir di daerah sekitarnya.

''Menjelang musim penghujan ini, kami juga aktif berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di berbagai daerah untuk mengantisipasi bencana,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement