REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat khususnya di Jawa Tengah bagian selatan untuk mewaspadai penurunan suhu udara pada puncak musim kemarau karena dapat mengakibatkan daya imun menurun.
"Suhu udara minimum diprediksi terus menurun, dari beberapa hari lalu tercatat 26 derajat Celsius, saat ini menjadi 23 derajat Celsius sehingga udara terasa dingin, dan diprediksi akan mencapai puncak minimumnya pada Agustus nanti," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa (16/7/2024).
Menurut dia, penurunan suhu udara tersebut berkaitan dengan datangnya puncak musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin Monsoon Australia.
Khusus untuk Kabupaten Cilacap yang berada di wilayah pantai, kata dia, berdasarkan data statistik suhu minimum yang terkumpul mulai tahun 1975 sampai dengan akhir Juli 2020, suhu paling minimum di Cilacap pernah terjadi pada 14 Agustus 1994 yang tercatat 17,4 derajat Celsius. Sedangkan suhu maksimum saat itu hanya 25,8 derajat Celsius dan rata-ratanya 22,9 derajat Celsius.
Ia mengatakan, untuk wilayah dataran tinggi atau pegunungan, suhu udara akan lebih dingin daripada suhu di wilayah pesisir.
"Bila tidak ada alat ukur, bisa menghitung dengan laju penurunan suhu 0,5 derajat Celsius per kenaikan 100 meter ketinggian tempat," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan karena penurunan suhu udara dapat menurunkan daya imun.
Disinggung mengenai prakiraan cuaca di wilayah Jateng bagian selatan untuk tiga hari ke depan, dia memprakirakan secara umum cerah hingga berawan, suhu udara berkisar 23-30 derajat Celsius, kelembapan berkisar 60-80 persen, dan kecepatan angin berkisar 5-25 kilometer per jam dari arah timur.
"Pada musim kemarau, hujan masih berpotensi terjadi meskipun bersifat lokal dengan intensitas ringan," katanya.
Terkait dengan musim angin timuran, dia memperkirakan kecepatan angin yang bertiup di wilayah perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta maupun di wilayah Samudra Hindia selatan Jabar-DIY berpotensi mengalami peningkatan seiring dengan datangnya puncak musim angin timuran pada Agustus.
Menurut dia, angin yang cenderung bertiup searah dengan kecepatan tinggi berpotensi meningkatkan tinggi gelombang laut.
"Oleh karena itu, kami mengimbau nelayan khususnya yang menggunakan perahu berukuran kecil untuk selalu memerhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran sebelum berangkat melaut," kata Teguh.