Sabtu 15 Oct 2016 08:00 WIB

BPBD: 18 Desa di Bantul Rawan Longsor

 Ilustrasi tanah longsor.
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Ilustrasi tanah longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memetakan 18 desa dari total 75 desa di daerah itu rawan terjadi tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan tinggi.

"Sudah ada kajian mengenai potensi tanah longsor di Bantul, dan setidaknya ada 18 desa yang rawan terjadi tanah longsor," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul, Anton Vektori di Bantul, Sabtu (15/10).

Ia mengatakan, pihaknya tidak memerinci belasan desa yang rawan tanah longsor itu, namun desa-desa tersebut terdapat sejumlah kecamatan yang memang wilayahnya terdapat dataran tinggi atau perbukitan.

Ia menyebutkan, kecamatan itu di antaranya sebagian wilayah Piyungan, Pleret, Dlingo dan sebagian Pundong serta Pajangan. Selain karena kondisi geografis, kondisi tanah yang tidak stabil dan berongga juga berpotensi terjadi tanah longsor.

"Informasi dari BMKG bahwa curah hujan di Bantul pada musim hujan ini cukup tinggi, di atas normal, sehingga potensi longsor tetap ada. Berdasarkan kajian ada sekitar 2.500 kepala keluarga yang tinggal di zona merah rawan longsor," katanya.

Anton mengatakan, antisipasi yang dilakukan untuk mencegah korban jiwa maupun materiil, pihaknya sudah melakukan sosialisasi melalui siaran radio dan website BPBD, agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana meningkatkan kesiapsiagaan.

"Dari teman-teman FPRB (forum pengurangan risiko bencana) di daerah rawan longsor juga selalu siap. Kita juga ada bantuan peralatan untuk relawan, juga dari DIY bantuan sistem peringatan dini longsor," katanya.

Sementara itu, menurut dia, musim hujan dengan cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Bantul sejak beberapa hari telah mengakibatkan sejumlah kejadian, yaitu talud longsor, sejumlah pohon perindang tumbang hingga mengenai jaringan instalasi listrik.

"Sesuai perkiraan cuaca BMKG, bahwa wilayah Bantul sudah memasuki musim hujan sejak 6 Oktober 2016, bahkan dengan intensitas tinggi, sehingga memang perlu antisipasi bencana tanah longsor, banjir, angin kencang dan petir," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement