Selasa 20 Oct 2015 09:01 WIB
Setahun Jokowi-JK

Wawancara Eksklusif Republika dengan Jokowi

Joko Widodo
Foto:
Joko Widodo

Apa kesan secara pribadi Anda setelah satu tahun menjabat?

Ya memang, langkah pertama itu sulit. Tetapi itu juga yang terpenting, artinya sekarang, contoh, mengalihkan subsidi BBM, itu sesuatu yang sulit. Tetapi harus kita lakukan karena kita ingin mengubah dari ekonomi yang berbasis konsumsi menuju ke ekonomi yang berbasis produksi, dari ekonomi yang berbasis konsumsi menuju ke ekonomi yang berbasis investasi, dari ekonomi yang berbasis konsumsi menuju ke ekonomi yang berbasis industri.

Harus kita alihkan ke yang produksi seperti itu. Itu yang saya sampaikan tersulit itu di situ awal-awal. Tapi memang itu saya putuskan satu bulan setelah dilantik. Meski saya tahu ini akan menjurus pada popularitas. Tapi saya enggak peduli dengan popularitas. Karena saya menginginkan ada ruang fiskal yang baik untuk kita bisa membangun. Dan kita mau fokus pada infrastruktur dan pangan.

Dalam setahun ini, menurut Bapak, capaian apa yang sudah berhasil diraih?

Ya saya kira meletakkan dasar-dasar yang di depan tadi saya sampaikan. Dari konsumsi ke produksi, dari konsumsi ke investasi. Dari konsumsi ke industri. Ya, yang paling penting membangun infrastruktur kita. Tanpa itu, enggak mungkin industri kita punya daya saing, punya competitiveness. Enggak mungkin industri juga bisa berkembang tanpa didukung oleh sebuah distribusi barang dan jasa yang murah, distribusi logistik yang murah. Pada akhirnya yang menikmati siapa sih? Rakyat semuanya. Kalau infrastruktur ini baik semuanya, siap semuanya, biaya transportasi murah, biaya logistik murah, ya kan barang-barang yang sampai ke rakyat juga murah.

Meletakkan dasar seperti itu ya memang tidak gampang. Tapi, saya ingin fokus ke sana. Juga di infrastruktur yang berkaitan dengan pangan. Bagaimana kita mau bicara soal kemandirian pangan kalau 52 persen irigasi kita rusak. Lebih dari 15 tahun tidak pernah membangun bendungan.

Pangan dari mana kalau kita tidak punya air? Oleh sebab itu harus dimulai membangun waduk, membangun irigasi. Tahun ini ada 13 waduk, total nantinya 49 waduk. Harus dibangun. Saya contohkan di NTT yang sangat kering seperti itu, bagaimana bisa menanam jagung, nanam ketela, nanam padi, untuk peternakan, kalau air tidak ada? Sampai kapan pun tidak bisa.

Kemiskinan terberat kan ada di sana karena memang tidak ada air. Oleh sebab itu, prioritas saya berikan di sana. Ada tujuh waduk yang sudah kelihatan. Waduk Raknamo sudah kelihatan, mungkin sudah 17-18 persen progresnya. Seperti itu. Jadi, apa pun mesti ada gagasan besarnya. Tapi langkah pertama memang itu yang tersulit. Termasuk juga waduk yang di Aceh, Purwokerto, samalah progresnya 13-14 persen, wong baru dimulai.

(Kepala Kantor Staf kepresidenan Teten Masduki kemudian menimpali, “Mungkin ini, Pak, sumbatan-sumbatan yang terkait dengan investasi.”)

Ya, dalam rangka ke situ juga masalah-masalah yang berkaitan dengan industri hilirisasi ini kan kita memang akan terus tiap pekan, tiap dua pekan akan keluar paket untuk memangkas regulasi yang menghambat sehingga kita akan memudahkan orang untuk membuka investasi karena itu membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah itu kan tidak bisa membuka lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan siapa sih? Dunia usaha. Orang banyak lupa itu. Kalau itu tidak dimudahkan, pemerintah mana yang bisa buka lapangan pekerjaan? Pegawai negeri berapa sih setahun? Ini pun morotarium (tertawa).

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement