REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah posko kesehatan yang ada di Pekanbaru, Riau dinilai belum representatif untuk melayani masyarakat yang berobat. Sebab, tujuh posko yang dibangun BNPB tersebut hanya terbuat dari tenda, tanpa kipas angin dan tanpa AC.
"Jadi memang orang datang dicek kena ISPA atau tidak, baru di kasih obat. Bagaimana kalau tiba-tiba orang pingsan di situ," kata Wakil Koordinator Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), Made Ali kepada Republika.co.id, Kamis (8/10).
Ia mengatakan ketujuh posko tersebut, pasokan obat-obatan masih kurang memadahi atau kurang layak, seperti obat, vitamin, tetes mata, dan lain-lain. Saat ini, dikatakannya, masyarakat masih kekurangan masker standar N95, tabung oksigen, dan oksigen portabel.
Selama ini, ia mengatakan, akademisi, seniman, LSM, masyarakat biasa yang tergabung dalam gerakan di media sosial #MelawanAsap telah mendesak pemerintah daerah untuk membuat tempat evakusi yang representatif. "Kita juga minta satu tempat khusus, yang layak," jelasnya.
Ia mengatakan, gerakan tersebut juga mendesak pemerintah untuk melakukan jemput bola, seperti menyediakan mobil keliling khusus. "Waktu itu kita minta pemerintah jangan hanya membuka posko, tapi juga mendatangi warga," jelasnya.
Ali menuturkan, pemerintah daerah telah meminta semua rumah sakit di Riau untuk dibuka 24 jam dan gratis. Pemda, lanjutnya juga meminta kepada seluruh rumah sakit (RS) untuk membebaskan biaya pengobatan bagi warga yang terkena ISPA.