Sabtu 08 Aug 2015 00:30 WIB

Buka Kongres GMNI, Jokowi Bicara Soal Marhaenisme di Depan Mega

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Bayu Hermawan
 Presiden Joko Widodo memberi hormat ketika lagu Indonesia Raya berkumandang saat Pelantikan Komisi Kejaksaan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/8).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo memberi hormat ketika lagu Indonesia Raya berkumandang saat Pelantikan Komisi Kejaksaan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Kongres Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Dalam sambutannya, Jokowi mengingatkan kembali semangat marhaenisme yang pernah digelorakan Bung Karno.

"Dalam forum ini saya ingin semua ingat pidato Bung Karno ketika membuka konferensi GMNI pada 17 Februari 1959. Bahwa marhaenisme adalah pejuang yang membangun masyarakat menjadi kuat, bahagia, sentosa, adil dan makmur," katanya di JIExpo Kemayoran Jakarta, Jumat (7/8).

Acara Kongres GMNI tersebut dihadiri mantan presiden Megawati Soekarnoputri, sejumlah kepala daerah dan kader PDIP lainnya. Pidato Bung Karno saat konferensi pada 1959 silam itu, sambung Jokowi, adalah sebuah piagam yang harusnya mengingatkan bangsa ini agar tidak melupakan rakya kecil yang tertindas.

"Kita tidak boleh meninggalkan rakyat, pekerja rumah tangga, buruh tani, tukang cuci dan rakyat kita yang di perbatasan. Kita tidak boleh berjarak dengan rakyat," ucap mantan wali kota Solo tersebut.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyebut sejumlah tantangan yang harus dijawab dan diatasi oleh bangsa ini, antara lain soal pencurian kekayaan alam, pemberantasan narkoba, kemiskinan dan pemerataan ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement