REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Kekeringan mulai melanda sejumlah wilayah di Lampung dalam tiga pekan terakhir. Lebih dari 200-an hektare lahan sawah yang sudah ditanami padi hampir dua bulan di Kabupaten Pringsewu mengering. Bila kondisi kemarau masih berlanjut, dikhawatirkan petani akan gagal panen, karena padinya puso seperti tahun 2012.
Dari pantauan, lahan sawah yang mengering terjadi pada beberapa desa dalam Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Jumat (26/6). Lahan sawah petani sudah mulai retak-retak karena sudah hampir sebulan tidak teraliri air. Sedangkan tanaman padinya yang berusia 30 hingga 45 hari terlihat kurang baik pertumbuhannya.
Para petani mengalami kesulitan untuk mencari air untuk padinya dapat tumbuh subur dan normal, karena kondisi tanah sudah kering kerontang. Kondisi lahan sawah petani di kecamatan tersebut sangat jauh dari sungai dan sumber air sehingga petani kesulitan menempuhnya untuk mendapatkan air.
Desa yang mengali kekeringan yakni di Tulung Agung, Mataram, dan Tegalsari. Petani setempat berusaha mendapatkan air agar dapat menyirami tanaman padinya dengan rutin. "Kami terpaksa mencari air di sumbernya demi tanaman padi yang sudah satu bulan lebih," kata Yatno, salah seorang petani di Tegalsari.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Pringsewu dapat mengatasi kekeringan dengan mencari sumber-sumber air terdekat agar tanaman padi petani tidak puso dan dalam waktu tiga bulan mendatang dapat panen. "Kalau tidak ada air, kemarau terus terjadi, jelas tanaman mati dan gagal panen," katanya.
Dinas Pertanian dan Kehutanan (PK) Pringsewu, mendata ada 200-an hektare lahan sawah yang mengalami kekeringan selama sebulan terakhir. Tanaman padi petani di kabupaten ini rata-rata berusia 30-45 hari dan terancam puso bila masih terjadi kekeringan. Padahal, dari 200-an hektare ini setidaknya dapat panen gabah 1.200 ton.
Kepala Dinas PK Pringsewu, Iskandar Muda akan membantu petani dengan menyediakan sumur bor di wilayah tersebut. Namun masih menunggu kajian dari pihak terkait karena menyangkut ketersediaan air bawah tanah di pemukiman penduduk sekitar.
Sebelumnya, Dinas PK bersama BPBD sudah mengupayakan menyiram tanaman padi dengan mobil pemadam kebakaran. Namun tidak efektif karena berbiaya besar.