Selasa 23 Jun 2015 14:29 WIB

Indonesia Kembangkan Nuklir untuk Awetkan Makanan

Rep: C18/ Red: Ilham
Fusi Nuklir (ilustrasi)
Foto: VOA
Fusi Nuklir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) tengah mengembangkan tekonologi nuklir untuk mengentaskan permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satunya dengan teknologi iradiator yang akan digunakan untuk mengawetkan manakan.

Pengembangan iradiator itu rencananya akan diakukan di kawasan Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan. Kepala Batan, Djarot S Wisnubroto meminta kepala daerah untuk membantu sosialisasi.

"Pengembangan ini membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat, khususnya guna mensosialisakan ke masyarakat akan dampak positif dari teknologi ini," kata Djarot di Tangerang, Selasa (23/6).

Senada dengan Djarot, Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah meminta Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum mengembangkan RDT tersebut. Lanjutnya, paradigma warga seputar nuklir masih negatif.

"Paradigma masyarakatnya harus dirubah, selama ini kalau dengar nuklir bawaannya pasti ada hubungannya dengan hal yang menakutkan, ya bom-lah, atau radiasi-lah" ujar Arief.

Arief mengatakan, seharusnya Batan melakukan sosialisasi sejak awal sehingga memberikan pemahaan dahulu terhadap dampak positif yang dapat dihasilkan oleh Nuklir kepada masyarakat. Lanjutnya, penelitian Batan cenderung tertutup dan tidak terpublikasikan.

"Manfaatnya pun belum terasa di masyarakat. Malah saya nggak tahu kalau Batan memiliki reaktor nuklir di Puspitek," terang Arief.

Arief mengaku kalau pengembangan nuklir tersebut dapat membantu Tangernag mengingat banyak industri yang masih menggunakan batu bara. Lanjutnya, tenaga nuklir mungkin bisa membuat biaya industri lebih murah.

Sementara, rencananya porgram nuklir sebagai pengawet makanan itu bakal selesai pada 2017 mendatang. Selain program tersebut, Batan juga berencana akan mengembangkan Program Reaktor Daya Eksperimen (RDE).

Program tersebut akan digunakan untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga NUklir (PLTN) komersial. Sementara itu, untuk RDE membutuhkan waktu yang relatif panjang sekitar 7-10 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement