Kamis 19 Jun 2025 21:48 WIB

BREAKING NEWS: Indonesia-Rusia Resmi Kerja Sama Nuklir

Rusia dan Indonesia bekerja sama mengembangkan reaktor modular kecil.

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Fitriyan Zamzami
Presiden RI Prabowo Subianto dijamu Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Konstantinovsky atau Constantine, Saint Petersburg pada Kamis (19/6/2025).
Foto: BPMI Setpres
Presiden RI Prabowo Subianto dijamu Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Konstantinovsky atau Constantine, Saint Petersburg pada Kamis (19/6/2025).

Laporan wartawan Republika, Erik Purnama Putra dari Saint Petersburg, Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, SAINT PETERSBURG – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden RI Prabowo Subianto resmi mengumumkan kesepakatan kerja sama nuklir, Kamis (19/6/2025). Hal ini disampaikan Putin selepas melakukan pertemuan dengan Prabowo di  Istana Konstantinovsky, Saint Petersburg, Rusia.

“Kami ingin merealisasikan proyek nuklir di bidang damai, dan bekerja sama di bidang teknologi canggih,” kata Putin selepas menemui Prabowo. Dalam susunan acara kunjungan Prabowo ke Rusia, salah satunya akan diumumkan kerja sama umum riset dan pengembangan Reaktor modular kecil (small modular reactor/SMR) dengan Modena Global Ltd dan Rosatom Mechanical Engineering.

Pantauan wartawan Republika, Erik Purnama Putra di lokasi, sejumlah menteri mendamping Prabowo di Istana Konstantinovsky. Mereka adalah Menlu Sugiono, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Pangan Zulkifli Hasan, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Mentan Andi Amran Sulaiman, Menteri Investasi sekaligus CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani, dan Mendiktisaintek Brian Yuliarto. Kemudian, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menkomdigi Meutya Viada Hafid, Seskab Teddy Indra Wijaya, serta Dirut PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri. Terlihat pula Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti.

SMR adalah reaktor nuklir canggih yang memiliki kapasitas daya hingga 300 MW(e) per unit, yaitu sekitar sepertiga dari kapasitas pembangkitan reaktor tenaga nuklir tradisional. 

Merujuk Agensi Atom PBB (IAEA), manfaat SMR yang secara inheren terkait dengan sifat desainnya – kecil dan modular. Mengingat tapaknya yang lebih kecil, SMR dapat ditempatkan di lokasi yang tidak sesuai untuk pembangkit listrik tenaga nuklir yang lebih besar. 

Unit SMR prefabrikasi dapat diproduksi dan kemudian dikirim dan dipasang di lokasi, menjadikannya lebih terjangkau untuk dibangun dibandingkan reaktor berkekuatan besar, yang seringkali dirancang khusus untuk lokasi tertentu, yang terkadang menyebabkan penundaan konstruksi. SMR menawarkan penghematan biaya dan waktu konstruksi, dan dapat diterapkan secara bertahap untuk mengimbangi peningkatan permintaan energi.

photo
Perbandingan pembangkit listrik tenaga nuklir. - (IIAEA)

Salah satu tantangan dalam mempercepat akses terhadap energi adalah infrastruktur – terbatasnya cakupan jaringan listrik di daerah pedesaan – dan biaya sambungan jaringan listrik untuk elektrifikasi pedesaan. Sebuah pembangkit listrik tunggal harus mewakili tidak lebih dari 10 persen dari total kapasitas jaringan terpasang. 

Di wilayah yang kekurangan jalur transmisi dan kapasitas jaringan, SMR dapat dipasang pada jaringan yang sudah ada atau di luar jaringan listrik jarak jauh, sebagai fungsi dari output listrik yang lebih kecil, sehingga menghasilkan tenaga rendah karbon untuk industri dan masyarakat.

SMR telah mengurangi kebutuhan bahan bakar. Pembangkit listrik berbasis SMR mungkin memerlukan frekuensi pengisian bahan bakar yang lebih sedikit, yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun, dibandingkan dengan pembangkit listrik konvensional yang membutuhkan waktu antara satu dan dua tahun. Beberapa SMR dirancang untuk beroperasi hingga 30 tahun tanpa pengisian bahan bakar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement