Kamis 09 Apr 2015 10:55 WIB

Ledakan di Tanah Abang Disinyalir Modus Baru Kelompok Radikal

Sejumlah anggota kepolisian menyisir lokasi ledakan di Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/4).
Foto: Antara/Vitalis Yogi Trisna
Sejumlah anggota kepolisian menyisir lokasi ledakan di Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peristiwa ledakan di Tanah Abang, Jakarta Pusat disinyalir  menjadi modus baru kelompok radikal.

“Kasus Tanah Abang adalah modus baru kedua yang dipertontonkan kelompok radikal di tahun 2015,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam rilisnya, Kamis (9/4).

Kejadian ledakan pertama di ruang publik tercatat terjadi di mal ITC Depok, Jawa Barat sekitar dua bulan lalu. Tujuan yang ingin dicapai, menurut Neta, adalah efek kebakaran hebat tapi untungnya gagal.

Sementara tujuan bom lempar di Tanah Abang menginginkan ledakan kecil, tapi di banyak tempat.

“Sepertinya, para teroris berusaha melakukan aksi balas dendam, setelah basis kekuatannya diobrak-abrik Polri di sepanjang 2013 dan 2014,” duga Neta.

Sasaran mereka tidak lagi berorientasi kepentingan asing, tapi ledakan-ledakan kecil di pusat-pusat keramaian. Sehingga format bahan peledak yang mereka buat berbentuk mini agar efektif dan efisien.

“Biasanya yang ahli dalam hal ini adalah Kelompok Klaten, yang beberapa waktu lalu pernah membuat bom pasta gigi, bom baju dan bom ransel,” tegas Neta.

Kelompok Klaten, ia sebutkan tergolong kekuatan baru yang merupakan gabungan eks Moro dan eks Afghanistan. Selama ini ada persaingan tajam antara eks Moro dengan eks Afganistan. Sebab kelompok eks Afghanistan merasa kastanya lebih tinggi dan selalu menganggap enteng eks Moro.

Namun, dengan munculnya ISIS di Timteng keduanya terkonsolidasi lewat Kelompok Klaten maupun Kelompok Poso yang dikomando Santoso.

“Terkonsolidasinya kelompok ini patut dicermati Polri,” jelas Neta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement