Rabu 11 Feb 2015 16:29 WIB

Pesawat Kepresidenan Rawan Penyadapan Negara Asing

Rep: C09/ Red: Erik Purnama Putra
Pesawat Kepresidenan RI
Foto: Republika/ Wihdan
Pesawat Kepresidenan RI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pesawat kepresidenan dinilai masih sangat rawan terkena penyadapan negara asing. Pasalnya, Indonesia hanya melakukan modifikasi interior pada pesawat tersebut, namun tidak melakukan pembaruan sistem informasi dan komunikasi.

 

Pendiri Communication and Information System Security Research Centre (Cissrec), Pratama D. Persadha, mengatakan, pesawat kepresidenan dibeli negara secara apa adanya dari Amerika Serikat. Padahal, besar kemungkinan pesawat memberikan kebocoran informasi akibat adanya alat sadap.

 

“Jika terjadi penyadapan atau ada informasi yang bocor, sangat berbahaya karena yang memiliki pesawat tersebut adalah pemimpin Indonesia,” jelas Pratama saat berkunjung ke Republika, Rabu (11/2).

 

Hal serupa, kata dia, tidak terjadi di Cina. Cina saat membeli pesawat dari Amerika Serikat, langsung membongkar pesawat tersebut dan menemukan hampir 350 alat penyadap di dalamnya.

 

“Mereka melakukan scanning, melakukan analisis, semua dibongkar dan diganti,” ujar mantan Wakil Ketua Tim Lembaga Sandi Negara Pengamanan Pesawat Kepresidenan RI ini.

 

Menurut Pratama, Indonesia telah diperingatkan untuk menganalisis pesawat kepresidenan sesaat setelah pembelian. Sebab pengecekan sistem komunikasi dan informasi lebih penting dari modifikasi interior pesawat.

 

Ia menjelaskan, ada dua hal yang harus dilakukan terhadap pesawat kepresidenan tersebut. Pertama yaitu memeriksa seluruh pesawat agar bebas dari alat-alat penyadap dan kedua adalah membuat backup komunikasi pada pesawat itu.

 

Back up komunikasi diperlukan jika sewaktu-waktu sistem informasi pesawat diserang,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement