REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Puluhan santri Pondok Pesantren Roudlotul Mut'aallim di Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (23/1) sore, menggelar doa bersama untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.
"Kami menggelar doa bersama, agar konflik antara KPK dengan Polri segera tuntas dan tidak berkepanjangan karena keduanya lembaga penegak hukum yang dibutuhkan masyarakat," kata Kepala Madrasah Aliyah Roudlotul Mut?aallim, Nur Kholis.
Menurut dia, masyarakat prihatin dengan konflik yang terjadi antara kedua lembaga penegak hukum tersebut terkait dengan penetapan status tersangka Kapolri terpilih Budi Gunawan dan penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
"Konflik yang terjadi antara kedua lembaga itu bukan pertama kalinya, sehingga saya berharap masing-masing lembaga penegak hukum tersebut bisa bersikap arif demi rakyat Indonesia," tuturnya.
Ia mengatakan konflik kedua lembaga penegak hukum tersebut seharusnya tidak terjadi karena keduanya memiliki peran dan tugas yang saling mendukung dalam pemberantasan korupsi. "Kalau mereka saling serang, maka para koruptor dan penjahat yang justru diuntungkan karena mereka akan bertepuk tangan atas 'drama' KPK versus Polri," katanya.
Nur Kholis juga meminta publik tidak menarik persoalan penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang dan penetapan status tersangka Budi Gunawan sebagai politisasi hukum.
"Jangan tarik KPK dan Polri ke arah politik karena lembaga hukum harus steril dari kepentingan politik. Hentikan politisasi kedua lembaga itu," ujarnya.
Salah seorang santri, Ansori, juga menyayangkan konflik yang terjadi antara KPK dengan Polri, sehingga puluhan santri berdoa agar kedua lembaga penegak hukum tersebut dapat bergandengan tangan untuk memberantas korupsi bersama-sama.
"Saya berharap bapak-bapak di KPK dan Polri segera bertemu dan mengakhiri konflik itu karena masih banyak kasus korupsi dan kejahatan yang harus dituntaskan," paparnya.