Ahad 07 Dec 2014 13:39 WIB

Diprotes Petani Karet, Jokowi: Lho, Siapa yang Harus Saya Marahi?

Petani menyadap pohon karet di kebunnya yang berada di Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung, Sabtu (21/7). Dipicu penurunan produksi akibat kemarau harga karet beranjak naik, kering 2 minggu dari Rp10 ribu/kg menjadi Rp11 ribu/kg dan kering satu bulan dari R
Foto: ANTARA/Garifianto
Petani menyadap pohon karet di kebunnya yang berada di Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung, Sabtu (21/7). Dipicu penurunan produksi akibat kemarau harga karet beranjak naik, kering 2 minggu dari Rp10 ribu/kg menjadi Rp11 ribu/kg dan kering satu bulan dari R

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Petani karet di Palembang mengeluhkan harga karet kepada Presiden Joko Widodo ketika mengunjungi Sekolah Peternakan Rakyat di kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan.

Lalu, apa kata Jokowi? "Lho, jadi siapa yang harus saya marahi ini?" katanya, Sabtu (6/12).

Seorang petani karet, Sabtu (6/12) sore itu, menumpahkan keluh kesahnya karena harga karet yang dijualnya hanya Rp 5.000 per kilogram dari harga sebelumnya yang pernah mencapai kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.

"Bagaimana ini pak, dengan kenaikan harga (barang kebutuhan lainnya), terus terang kami kesulitan dengan situasi ini, tolonglah pak pemerintah bisa tentukan harganya," tutur seorang petani tersebut.

Kepala Negara kemudian menjelaskan harga karet ditentukan oleh pasar karet internasional dan memang mengalami fluktuasi.

"Bahan mentah karet sekarang ini yang menentukan pasar dunia, tiga bulan lalu sudah saya sampaikan agar ada pabrik di Sumatra Selatan, tetapi yang memproduksi barang jadi, stabilitas harga akan bisa dikendalikan, pasar dunia tidak mungkin kita kendalikan itu, kita sekarang proses pabrik yang mengolah karet jadi barang jadi, sampai kapan pun harga (karet dunia) tidak bisa kita kendalikan," kata Presiden.

Presiden kemudian meminta petani untuk bersabar karena memang pemerintah sampai saat ini masih terus mengupayakan pendirian pabrik yang memproduksi karet menjadi barang jadi, sehingga memiliki nilai lebih.

 

Info seputar sepak bola silakan klik di sini

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement