Kamis 06 Nov 2014 21:00 WIB

Rp 100 Juta untuk Sekali Sergap Pesawat Asing. Dendanya Cuma Rp 60 Juta

Marsekal TNI Imam Sufaat (kiri) berbincang KSAU Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia (kanan) setelah pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/12).
Foto: Antara
Marsekal TNI Imam Sufaat (kiri) berbincang KSAU Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia (kanan) setelah pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI Angkatan Udara menginginkan untuk memiliki kewenangan menyidik karena saat ini TNI AU hanya berwenang melakukan penyergapan atau intersepsi terhadap pesawat asing yang masuk tanpa izin.

"TNI AU kalau bisa dijadikan sebagai penyidik. Karena yang mengerti apa yang dikeluarkan negara dalam menggerakkan pesawat tempur adalah TNI AU. Jadi, nanti akan terakumulasi secara hukum yang benar," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, di sela-sela kunjungan salah satu stand Pameran Industri Pertahanan 'Indo Defence Expo dan Forum 2014', di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/11).

TNI AU mempermasalahkan banyaknya biaya negara yang harus dikeluarkan setiap kali melakukan penyergapan pesawat asing. Untuk menggerakkan pesawat tempur Sukhoi saja minimal Rp100 juta dalam satu jam terbang. Sementara denda yang diberikan hanya Rp 60 juta.

"Sehingga sangat rugi bagi TNI AU untuk biaya operasi Sukhoi yang besar," kata KSAU.

Dikatakannya, berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, TNI AU berwenang untuk menyidik terkait pertahanan udara. "TNI AU juga bertugas melaksanakan penegakan hukum. Jadi, berdasarkan UU, tugas penegakan hukum adalah TNI AU," katanya.

Kewenangan penyidikan saat ini ada di Kementerian Perhubungan. Sedangkan TNI AU melalui Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) hanya berwenang menangkap pesawat yang melintah wilayah udara Indonesia.

Pesawat jenis Gulfstream IV dengan Nomor HZ-103 berangkat dari Singapura menuju Darwin Australia sebelum menuju tujuan akhir Brisbane tersebut sempat mencoba melarikan diri.

Dengan cepat dua pesawat Sukhoi Su-30 MK2 dengan call sign 'Thunder Flight' disiapkan dengan bahan bakar penuh dan amunisi lengkap, termasuk rudal udara ke udara canggih R-73 Archer untuk menyergap sasaran.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement