REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Meski terdeteksi 1.234 titik panas (hotspot) di daratan Provinsi Riau, asap yang dihasilkan tidak akan "terekspor" ke negara-negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura, demikian analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru.
"Kabut asap yang dihasilkan dari ribuan titik panas tersebut hanya akan mencemari ruang udara di Riau dan sekitarnya saja," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Ardhitama, kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, pergerakan angin pada musim kemarau saat ini masih dari utara dan timur sampai ke selatan atau berlawanan dengan negara-negara tetangga itu.
Ardhitama menjelaskan, pagi ini Satelit Terra dan Aqua mendeteksi sebanyak 1.234 titik panas di Riau.
Menurut dia, jumlah tersebut tidak lebih banyak dibandingkan pendeteksian pada 23 Juni 2013, waktu itu "hotspot" Riau terekam mencapai 1.526 titik.
Hanya saja, demikian Ardhitama, ketika itu asap yang dihasilkan dari peristiwa kebakaran lahan bererak ke sejumlah negara tetangga termasuk Malaysia dan Singapura. "Untuk kali ini tidak akan terulang seperti kejadian itu. Arah pergerakan angin masih konsisten dari utara dan timur menuju selatan," katanya.
Dengan demikian menurut ahli lingkungan, tidak ada alasan Singapura untuk menuding Riau sebagai "pengekspor" asap pada peristiwa kebakaran lahan tahun ini.
Terlebih perisiwa kebakaran lahan dikabarkan juga terjadi di sejumlah wilayah
Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN), antara lain Vietnam, Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos dan Indonesia, demikian pantauan satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18 milik Amerika Serikat (AS).
Satelit NOAA beberapa waktu lalu mendeteksi adanya 490 titik panas (hotspot) di Vietnam yang diperkirakan sebagai peristiwa kebakaran lahan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam keterangannya menyebutkan, titik panas juga terdeteksi di Malaysia, Thailand, Kamboja dan Laos, sehingga beberapa kawasan di negara-negara tersebut tercemar kabut asap.