Ahad 15 Dec 2013 14:13 WIB

“Kondisi Darurat” untuk Obat di Indonesia Tak Relevan Lagi

Rep: Neni Ridarineni / Red: Julkifli Marbun
Logo of the Toronto Halal Food Festival 2013 (illustration)
Foto: facebook.com/HalalFoodFestTO
Logo of the Toronto Halal Food Festival 2013 (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA –- Saat ini sebetulnya semua obat  di  Indonesia sudah bisa diproduksi secara halal. Karena itu istilah “kondisi darurat” untuk menggunakan obat tertentu yang tidak halal sudah tidak relevan lagi dengan kondisi  Indonesia  yang sudah merdeka 68 tahun ini.

"Kecuali kalau orang itu terdampar di tengah laut dan hanya ada satu-satunya obat yang masih belum diproduksi secara halal serta tidak ada obat lain. Dan, kalau orang tersebut tidak mengonsumsi obat tersebut akan semakin parah, Hal itu itu baru kondisi darurat," kata Dosen Fakultas Farmasi UGM Sumantri, PhD, Apt pada Republika, Ahad (15/12).

Karena itu persoalan halal harus menjadi pertimbangan dalam produksi obat di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim. "Kita malu dengan Singapura yang penduduk muslimnya minoritas justru persentase produk obat halal lebih tinggi daripada Indonesia. Demikian pula di Canada justru berupa untuk memproduksi obat yang halal," kata dia.

Untuk memproduksi obat halal itu memang harus ada niat yang kuat, pemahaman serta komitmen  dari para produsen. Dia mengemukakan semua bahan obat yang berasal dari binatang disembelihnya tidak syar’i, dari babi, dari alkohol/etanol  yang memabukkan itu potensial tidak halal.

Namun, dia menambahkan, Fatwa MUI (Majelis Utama Indonesia) menyatakan untuk obat yang kandungan alkohol kurang dari satu persen bisa ditoleransi. Karena asumsinya tidak memabukkan.

Menurut dia, produsen obat di Indonesia sedang mulai  melangkah untuk menuju agar produk obat di Indonesia. "Tahun 2009 ketika ada pertemuan  perusahaan farmasi di YARSI Jakarta sudah ada tekad sebagai titik awal untuk melakukan upaya memproduksi obat halal. Kebetulan waktu itu saya datang," kata Sumantri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement