REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Indonesia memiliki 34 provinsi yang tersebar mulai Sabang hingga Merauke, tetapi tidak banyak daerah yang mampu menjadi pusat layanan informasi adat dan budaya, karena ini berkaitan dengan komitmen kepala daerah dan keberadaan fasilitas penunjang.
Terkait dengan itu, maka Badan Perpustakaan Nasional telah memilah dan memilih sejumlah provinsi yang dianggap mampu menjadi pusat unggulan layanan informasi budaya atau "Center of Excellent" bagi satu kawasan yang kemudian terkoneksi secara nasional.
Daerah-daerah yang telah ditunjuk Badan Perpustakaan Nasional menjadi Center of Excelent itu adalah Provinsi Riau, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Untuk Provinsi Riau sebagai pusat informasi kebudayaan Melayu, kemudian Jawa Tengah sebagai pusat kebudayaan di seluruh Pulau Jawa, Provinsi Bali sebagai pusat informasi kebudayaan di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Kemudian Sulawesi Selatan menjadi pusat kebudayaan di seluruh Pulau Sulawesi, Papua Barat sebagai pusat kebudayaan wilayah Papua, dan Kaltim sebagai pusat kebudayaan seluruh Pulau Kalimantan yang meliputi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Kepala Badan Perpustakaan Provinsi (Banpusprov) Provinsi Kaltim Hj Sri Sulasmi Retno mengatakan, penetapan Kaltim dan daerah lain sebagai Center of Excellent kebudayaan lokal merupakan implementasi dari inisiatif pembangunan World Digital Library (WDL) yang dibahas dalam Badan Dunia yang membidangi Kebudayaan dan Pendidikan (Unesco) Expert Meeting on the World Digital Library.
Penetapan enam provinsi sebagai Center of Exellence ini dengan pertimbangan kesiapan sarana dan prasarana pendukung, kesiapan bangunan, perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang sudah ada.
Indikator lainnya, menurut Sri Sulasmi, adalah kecenderungan perpustakaan di lokasi setempat dalam menerapkan dan beradaptasi menuju perpustakaan digital, kemudian kepedulian dan dukungan keberlangsungan anggaran dari kepala daerah, termasuk kesiapan sumberdaya manusia setempat.
Dipilihnya Kaltim oleh Perpustakaan Nasional karena kemampuan perpustakaan di "Bumi Etam" dalam mengembangkan sistem digital dalam pelayanan keperpustakaannya yang telah dilakukan sejak Mei 2010. Selain itu, dukungan Pemerintah Provinsi Kaltim yang sangat besar terhadap perkembangan perpustakaan.
"Dengan ditunjuknya Kaltim menjadi Pusat Kebudayaan Borneo, maka perpustakan daerah ini berkewajiban mengumpulkan cerita rakyat, naskah kuno (manuskrip), kuliner, adat istiadat, kesenian lokal, dan lain-lain dari semua provinsi di Kalimantan untuk dikumpulkan dalam bentuk digital," katanya.
Inisiatif pembentukan Pusat Kebudayaan Borneo ini, kata Sri Sulasmi, dilakukan karena pemerintah Malaysia juga mengembangkan hal yang sama. Sebelum terlambat, Perpustakaan Nasional menunjuk Kaltim untuk mengumpulkan semua kebudayaan dari empat provinsi di Pulau Kalimantan.
Menurut dia, apabila Center of Excellent terwujud, maka berbagai kebudayaan Borneo dapat diakses oleh semua orang di seluruh penjuru dunia secara digital dengan lengkap dan mudah.
Dalam upaya menyukseskan program Center of Excelent khusus wilayah Kalimantan, maka saat ini Pemprov Kaltim melalui instansi terkait sedang menyiapkan gedung untuk Pusat Unggulan Layanan Informasi Budaya Kalimantan.
"Pada 2010 Kaltim telah ditetapkan oleh Badan Perpustakaan Nasional sebagai Center of Excelent, maka sejak itu kami langsung berkoordinasi dengan semua pihak terkait guna mematangkannya, sedangkan saat ini kami sedang menyiapkan pembangunan gedung sebagai pusat layanan kebudayaan tersebut," ujarnya.
Gedung tersebut akan dibangun di Jalan Perjuangan Samarinda. Saat ini sedang dilakukan perencanaan pembangunan oleh kontraktor di lahan yang sudah dibebaskan tersebut. Dipilihnya jalan tersebut sebagai lokasi pembangunan gedung Center of Excelent karena di lokasi itu cukup strategis dan dekat dengan kampus sejumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Di dalam gedung tersebut, kata Sri Sulasmii, nantinya selain sebagai pusat informasi budaya Borneo juga akan ada ruang khusus untuk memajang (display) atau informasi fisik yang berhasil dihimpun oleh tim.
Saat ini, Banpusprov Kaltim sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah provinsi di Kalimantan guna mewujudkan keberhasilan Center of Excellent, seperti telah melakukan pertemuan dengan Banpusrov Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan, termasuk dengan pihak kesultanan atau kerabat kerajaan.
"Kami juga sudah memulai pendokumentasian manuskrip yang ada di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) ke bentuk digital lebih dulu, kemudian secara perlahan akan dilakukan ke arah yang lebih luas, dalam arti seluruh provinsi yang ada di Pulau Kalimantan," ujarnya.
Sejumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh Banpusprov Kaltim adalah mengubah koleksi warisan budaya berbentuk manuskrip di empat kabupaten di Kaltim yang memiliki lokasi peninggalan kerajaan ke sistem digital.
Lokasi peninggalan kerajaan itu antara lain Kerajaan Kutai Kartanegara, Kerajaan Gunung Tabur dan peningalan Kerajaan Sambaliung di Kabupaten Berau, peninggalan Kerajaan Tanjung Palas di Kabupaten Bulungan, dan peninggalan Kerajaan Paser Belengkong di Kabupaten Paser.
Menurut Sri Sulasmi, beberapa manuskrip dan warisan budaya lain di sejumlah peninggalan kerajaan tersebut perlu ditelusuri keberadaannya untuk disimpan dan dialihmediakan dalam bentuk digital, tujuannya adalah agar generasi mendatang tidak kehilangan warisan leluhurnya.
"Center of Excellence merupakan program strategis yang dikembangkan pemerintah pada bidang pengembangan perpustakaan digital nasional," katanya.
Wajib mendukung
Dalam upaya menyukseskan program Center of Excellent agar dapat berjalan efektif pada 2014, kata Sri Sulasmi, maka semua daerah atau kabupaten dan kota di Kaltim wajib melakukan dukungan, pasalnya antara provinsi dan kabupaten/kota memiliki kaitan erat dalam setiap program yang dijalankan.
Ia mengatakan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007, pengembangan perpustakaan merupakan urusan wajib bagi daerah, tetapi hingga kini masih ada dua kabupaten di Kaltim yang belum melaksanakan kewajiban itu.
Kondisi tersebut, katanya, tentu berimplikasi terhadap sulitnya dilakukan kegiatan pengembangan dan pembinaan di daerah tersebut, pasalanya ketidakjelasan instansi mana yang akan bertanggungjawab menangani.
Terkait dengan hal itu Bnpusprov Kaltim telah melakukan sosialisasi, untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya pelestarian naskah tentang kearifan lokal dan budaya.
"Dari hasil identifikasi itu akan terkumpul budaya lokal yang kemudian bisa dijadikan koleksi Center of Excelent budaya wilayah Kalimantan," kata Sri Sualsmi.
Dia mengatakan bahwa terkait dengan sosialisasi tersebut telah ditandatangani kesepakan kerja sama layanan dan supervisi antara Banpusprov Kaltim dengan delapan perguruan tinggi di Samarinda baik negeri maupun swasta.
Sosialisasi tentang program Center of Excellent yang digelar belum lama ini juga dihadiri Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy.
"Empat provinsi di Pulau Kalimantan memiliki kekayaan khasanah budaya yang beragam. Karena itu harus terus dikembangkan dan dilestarikan, termasuk pendayagunaan dari budaya tersebut, baik budaya yang bersifat fisik maupun nonfisik.
Dalam hal ini, perpustakaan merupakan lembaga yang memiliki domain untuk menyimpan, mendokumentasikan, memelihara, dan mendayagunakan budaya tersebut. Namun masih ada perpustakaan di tingkat kabupaten maupun kota yang belum memaksimalkan hal tersebut.
"Provinsi Kaltim telah ditunjuk sebagai pusat informasi kebudayaan untuk wilayah Kalimantan, maka kita harus mengajak provinsi lain di Kalimantan untuk bersama-sama menjadikan produk budaya lokal ini dipelihara dan dilestarikan, termasuk mengalihmediakan dalam bentuk digital," kata Farid.
Menurut dia, perpustakaan mengambil peranan penting sebagai lembaga yang menyimpan, melestarikan, dan mendayagunakan kebudayaan baik yang fisik maupun yang non fisik, sehingga dia menilai peranan itu harus dilakukan maksimal oleh Badan Perpustakaan Kaltim.
Apabila berbagai informasi tentang budaya hanya disimpan atau belum dipamerkan dan didayagunakan karena masih berbentuk manuskrip, maka perlu adanya upaya untuk mengalihmediakan naskah-naskah itu sehingga bisa disebar luaskan dan bisa didayagunakan.
"Saya berharap langkah ini dipelopori oleh Banpusprov Kaltim karena sudah ditunjuk sebagai Center of Excellent. Saya juga minta agar perpustakaan di kabupaten dan kota berinisiatif mengambil terobosan dan mendukung program ini," ujar Farid.
"Bumi Etam" merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan khasanah budaya. Karena itu kehadiran Centre of Excellent akan berdampak positif bagi upaya pelestraiannya dan akan bisa dinikmati tidak saja oleh bangsa Inonesia, tetapi juga masyarakat dunia. (M Ghofar)