REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Nasional Demokrat (NasDem) terus menjalin komunikasi politik dengan sejumlah partai, dan kini partai yang dinahkodai Surya Paloh itu membangun komunikasi politik dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) karena dinilai memiliki kesamaan visi.
"Pak Surya dan Ibu Megawati (Ketua Umum PDIP) memiliki hubungan yang sangat dekat. Kalau pun nanti kedua partai berkoalisi, masing-masing sudah saling memahami," kata Sekjen Partai NasDem, Patrice Rio Capella, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, bila kedua partai yang sudah saling memahami dan memiliki kesamaan visi akan solid di parlemen dan pemerintahan, sehingga mempermudah untuk membangun bangsa ini ke depannya.
Kendati demikian, NasDem dan PDIP belum menetapkan untuk berkoalisi. Kita baru intens melakukan komunikasi, ujarnya.
Partainya memang belum membahas soal pencapresan karena masih fokus lebih dulu pada Pemilu Legislatif yang akan digelar sebelum Pemilihan Presiden.
"Apakah NasDem bisa mencalonkan presiden sendiri atau berkoalisi, baru bisa ditentukan setelah pileg," kata Rio.
Menurut dia, sebuah partai baru bisa mengajukan capres sendiri bila memperoleh minimal 20 persen suara nasional dalam pileg. Jika tidak, maka partai itu harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden.
Itulah yang menyebabkan NasDem tak bisa buru-buru dalam menetapkan calon presiden, katanya.
"Kami ingin jadi partai besar, tapi ambisi tak harus dikedepankan. Lihat juga situasi dan kondisi kader," ujar Rio.
Partai NasDem tak hanya menjalin komunikasi politik dengan PDIP, namun telah menjalin komunikasi dengan Partai Golkar yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie. Bahkan, kedua partai telah beberapa kali melakukan pertemuan.
Ketika ditanya, mana yang paling menguntung bagi NasDem, Golkar atau PDIP, jawab Rio, NasDem tak melihat dari untung atau ruginya dalam membangun koalisi, namun koalisi dicapai atas kepentingan bangsa.
"Meski, koalisi dengan salah partai tersebut merugikan bagi NasDem, namun bila dilihat untuk kepentingan bangsa akan baik, maka NasDem tetap melakukan koalisi partai tersebut," katanya.
Megawati Tokoh Penting
Sebelumnya, Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie menilai Ketua Umum DPP PDIP Perjuangan telah menjadi tokoh politik yang sangat penting di Indonesia, mulai saat ini hingga Pemilu 2014.
''Suka tidak suka, hampir semua elite politik di negeri ini sangat berharap dapat menjalin komunikasi yang intensif dan hangat dengan Megawati,'' ujarnya.
Bukan tanpa alasan Megawati menjadi tokoh yang sangat penting di Indonesia. ''Sederhana saja, karena semua orang menyadari kader PDIP, Jokowi tampaknya akan melenggang mudah terpilih jadi Presiden RI 2014. Dan semua pun tahu betapa loyalnya Jokowi pada Megawati," tutur Jeffrie.
Apalagi, kata dia, sebagai ketua umum PDIP, Megawati telah mendapatkan mandat untuk menentukan siapa yang akan menjadi capres dan cawapres buat PDIP. Fakta inilah, tutur Jeffrie, yang membuat Megawati menjadi tokoh utama dalam perpolitikan Indonesia dan juga menentukan masa depan Indonesia.
"Bukan hanya elite politik yang sekarang ini berusaha mendekati Megawati, bahkan kalangan dunia usaha pun sedang berusaha merapat pada Megawati,'' papar Jeffrie.
Persoalannya, imbuh dia, baik buat elite politik maupun dunia usaha, Megawati bukanlah figur yang mudah didekati apalagi bagi yang telah meninggalkan kesan buruk bagi Megawati.
"Walaupun kita tahu Megawati bukanlah figur yang pendendam. Namun yang pasti Megawati adalah figur yang keras hatinya. Barangkali bukan hanya SBY yang merasakan itu tapi banyak figur lain,'' cetusnya.
Jeffrie menyarankan saat yang tepat bagi Megawati untuk mengumumkan siapa capres PDIP adalah akhir Januari atau awal Februari 2014. "Untuk cawapres tidak apa-apa diumumkan oleh Megawati setelah pemilu legislatif, awal Mei 2014 sangat ideal, dan tidak harus memilih cawapres dari partai lain.''
Ia memprediksi PDIP berpotensi memenangkan pemilu lebih dari 40 persen pada Pemilu Legislatif 2014 yang akan datang. ''Tidak percaya, tunggu saja, tidak lama lagi,'' katanya.