REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Jokowi kembali muncul sebagai kandidat calon presiden dengan elektabilitas tinggi sebesar 22,1 persen dalam survei elektabilitas calon presiden dengan pemilih dari kelas menengah urban dalam survei Lembaga Independen Alvara Research Center.
"Jokowi dipilih karena dianggap gabungan antara tokoh yang mampu membawa perubahan serta tokoh yang dipersepsikan merakyat, jujur dan bebas korupsi," kata Ketua Alvara Research Center Hasanuddin Ali dalam diskusi yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu.
Jokowi dipersepsikan pemilih sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, sama halnya dengan Prabowo. Hanya saja Prabowo dipersepsikan sebagai tokoh pemimpin yang lebih tegas yang berada di posisi kedua dengan nilai 17,0 persen dalam survei itu.
Menurut Hasanuddin, jika Jokowi benar-benar akan maju, maka kemungkinannya Jokowi akan 'head to head' dengan Prabowo di pemilu 2014.
Sebelumnya, Jokowi belum menyatakan kesediaanya untuk maju sebagai capres 2014, namun dari berbagai survei Jokowi justru menjadi salah satu kandidat yang dianggap memiliki elektabilitas tinggi.
Sementara dari hasil survei tersebut, popularitas Jokowi kalah dari Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie dan Megawati yang menjadi kandidat yang paling populer. Meski memiliki tingkat popularitas yang tinggi namun tingkat elektabilitas Aburizal Bakrie dan Megawati Soekarnoputri lebih rendah dibanding kandidat capres yang lain.
"Ical dan Mega sudah dianggap tokoh masa lalu. Sehingga peluang mereka akan lebih kecil," kata Hasanuddin.
Survei ini dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada 1.532 responden berusia 20-54 tahun yang dilaksanakan di wilayah uiban kota-kota seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar, Bandung dan Semarang.
Pemilih dari kelas menengah urban dipilih dalam survei karena pemilih kelas menengah Indonesia dianggap penting untuk dipotret karena dari sisi jumlah besar dan memiliki tiga karakteristik, antaralain berpendidikan, memiliki akses informasi yang baik dan merupakan kelompok yang senang bersosialisasi dan mudah mengemukakan pendapat.
Selain mengukur popularitas, citra dan elektabilitas capres, survei ini juga mengukur popularitas, citra dan popularitas partai. Hasilnya, secara umum popularias tiga partai yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, Pdi Perjuangan tertinggi diantara partai lain.
Namun dari sisi 'Top of Mind', PDI Perjuangan memiliki nilai tertinggi di semua kelompok usia. Hal ini menunjukkan popularitas PDI P mulai mendapat tempat di benak pemilih kelas menengah urban yang berusia muda tanpa meninggalkan pemilih yang berusia tua. Dengan kata lain proses regenerasi di PDI P sudah berhasil diterima pemilih yang lebih muda.
Sementara dari elektabilitas partai, popularitas partai berbasis nasionalis menempati posisi teratas di benak pemilih kelas menengah urban sedangkan popularitas dan elektabilitas partai berbasis Islam semakin kecil. Partai PDI P dan Gerindra menjadi partai dengan tingkat elektabilitas tertinggi diantara partai-partai lain.
Sebelumnya, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengungkapkan jika pemilihan Presiden RI dimajukan hari ini sudah dapat dipastikan Joko Widodo alias Jokowi akan terpilih sebagai pemenangnya.
"Jokowi akan menang dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya," ujar Jeffrie, beberapa waktu lalu.
Namun, kata Jeffrie, karena pemilihan Presiden RI baru akan digelar pada 2014, kepastian Jokowi akan tampil sebagai pemenang terpaksa harus tertunda.
"Waktu satu tahun ke depan ini akan sangat bergantung pada keberhasilan konvensi capres Partai Demokrat," tutur Jeffrie.
Menurut dia, bila konvensi capres Partai Demokrat berjalan sangat demokratis dan diikuti oleh calon-calon presiden dari generasi baru seperti Gita Wiryawan, Mahfud MD, Marzuki Ali, Irman Guzman, Dino Pati Jalal, Chairul Tanjung, maka lahirnya penantang baru yang bisa mengimbangi jagonya Megawati yaitu Jokowi, masih sangat mungkin.
Namun, imbuh Jeffrie, bila ternyata konvensi capres Partai Demokrat berjalan tidak seperti yang diharapkan, Jokowi dipastikan tak akan memiliki pesaing yang berat.
"Sehingga, pada 2014 yang akan datang teka-tekinya hanya siapa yang akan menjadi wakil presiden Indonesia berikutnya," papar Jeffrie.
Masyarakat, kata dia, hanya bisa berharap Pemilihan Presiden 2014 akan berwarna jika Konvensi Capres Demokrat bisa melahirkan capres dari generasi baru.
"Partai-partai lain seperti yang kita ketahui telah memutuskan capresnya masing-masing dan terbukti sampai saat ini penerimaan masyarakat sangat rendah kepada capres-capres tersebut," kata Jeffrie.