REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Hanura membantah hengkangnya Akbar Faisal ke Partai Nasional Demokrat (Nasdem), lantaran Akbar merasa tertekan.
"Tidak masuk akal, kalau bicara soal tertekan. Memang dia harus menjalankan perintah pimpinan partai, termasuk perintah saya sebagai Ketua Fraksi Hanura. Bukan itu, konsepnya keluar dari partai ini karena memang dia yang mau ke Nasdem sejak beberapa waktu lalu," ujar Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR, Sunardi Ayub di Mataram, Ahad (10/2).
Menurut Anggota DPR yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) NTB itu, Akbar Faisal keluar dari Hanura kemudian bergabung ke Nasdem merupakan pilihan politik Akbar Faisal, dan Partai Hanura tak kuasa untuk melarangnya.
Sunardi memastikan Akbar Faisal secara resmi keluar dari Hanura sekaligus meninggalkan kursi di DPR, semenjak Akbar menggelar jumpa pers di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (8/2).
Saat itu, Akbar Faizal menyatakan keluar dari Partai Hanura dan sebagai anggota DPR dari partai tersebut.
"Saya keluar dari Partai Hanura dan sebagai anggota DPR RI. Dan ini sebuah pilihan. Tidak ada masalah sama sekali di partai," ujarnya.
Namun, ia tidak menyebutkan di partai politik mana ia akan berlabuh. Ia hanya mengatakan tidak peduli disebut kutu loncat jika bergabung dengan partai lain nantinya.
"Saya dulu Ketua Pemuda Partai Demokrat tapi tak diakui DPP Partai Demokrat, lalu saya pindah ke Partai Hanura karena saya harus melanjutkan masa depan politik saya," ujarnya
"Saya siap terima risiko disebut sebagai kutu loncat dan risiko politik. Sikap kritis saya tidak berubah walaupun beda rumah," tambah Akbar.
Pada kesempatan itu, Akbar menyinggung soal hasil survei terhadap Hanura yang terus menurun.
"Saya mengeluhkan survei yang menempatkan Partai Hanura di tingkat bawah. Saya juga bingung bahwa Hanura bersih tapi tidak dapat respek masyarakat yang tercermin dari survei," kata anggota Komisi II DPR RI itu.