Selasa 30 Oct 2012 18:29 WIB

Kampung Way Panji Seperti Kota Mati

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Chairul Akhmad
Ribuan massa gabungan dari Kecamatan Kalianda membawa senjata tajam saat menyerang Desa Sidoreno Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan, Ahad (28/10) lalu.
Foto: Antara/Kristian Ali
Ribuan massa gabungan dari Kecamatan Kalianda membawa senjata tajam saat menyerang Desa Sidoreno Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan, Ahad (28/10) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Pascabentrok antarkampung, sejumlah desa di Kecamatan Way Panji, tidak terlihat aktivitas warga seperti biasanya. Semua rumah, toko, dan warung, tertutup rapat.

Warga mengaku masih ketakutan bila membuka toko dan warung, meski lokasinya tidak berada di tempat kejadian.

Sejumlah toko kelontongan dan warung sembako pintunya terkunci. Sementara aparat kepolisian dan TNI masih berjaga ketat.

Aktivitas di jalan hanya terlihat mobil bus polisi yang bolak balik mengangkut warga Desa Sidoreno, Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, untuk diungsikan ke Bandar Lampung. Sementara warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda juga diungsikan petugas ke wilayah lain.

Menurut Kapolres Lampung Selatan, AKBP Tatar Nugroho, pengungsian warga untuk menghindari korban baru saat terjadi bentrok. Kedua belah pihak yang bertikai, kata dia, diungsikan ke tempat yang berbeda dan aman.

Pengungsian ribuan warga terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, kakek nenek, sampai kondisi di wilayah konflik mereda dan kondusif.

Suasana di Desa Agom dan desa sekitarnya dalam Kecamatan Kalianda, hingga siang ini masih mencekam. Warga tak berani keluar dan membuka pintu, khawatir ada serangan balasan dari warga Desa Balinuraga, yang diserang pada Senin (29/10) petang.

"Masih mencekam, tak ada warga yang keluar lagi. Seperti kota mati," kata Muftiha, warga Patok, berdekatan dengan lokasi kejadian, Selasa (30/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement