Jumat 20 Apr 2012 17:09 WIB

Ini Pemicu Warga Tasikmalaya Rusak Masjid Ahmadiyah

Rep: Nur Feby Rosiana/ Red: Djibril Muhammad
Aksi unjuk rasa menuntut pembubaran Ahmadiyah.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Aksi unjuk rasa menuntut pembubaran Ahmadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Masjid Ahmadiyah dirusak warga yang tidak menyetujui adanya aktivitas orang-orang Ahmadiyah di lingkungan tempat tinggal mereka. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri Brigjen Muhammad Taufik menuturkan pengrusakan Masjid Ahmadiyah di Kampung Babakan Pindan, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya itu terjadi pada Jumat (20/4) pukul 09.30 WIB.

Taufik menuturkan peristiwa tersebut diawali dengan adanya beberapa warga dari beberapa RW yang mendatangi masjid Ahmadiyah tersebut dengan tujuan menyerahkan surat pernyataan penolakan terhadap segala bentuk aktivitas Ahmadiyah.

"Peristiwa ini diawali adanya beberapa warga sekitar 80 orang warga dari beberapa RW antara lain RW 01, RW 02, RW 08, dan 11 desa Cipakat mendatangi ke Masjid Ahmadiyah tersebut dengan maksud untuk menyerahkan surat pernyataan warga kepada pengurus Ahmadiyah setempat," ujar Taufik saat jumpa pers di Mabes Polri, Jumat (20/4).

Perwakilan rombongan warga yang datang ke masjid Ahmadiyah tersebut menurut Taufik diterima pengurus Ahmadiyah setempat, lalu perwakilan warga mengadakan dialog dan akhirnya surat pernyataan tersebut diterima pengurus Ahmadiyah setempat.

Sayangnya pada saat penerimaan surat pernyataan tersebut ada kata-kata dari pengurus Ahmadiyah yang tidak diterima warga. "Saya terima kesepakatan ini tapi secara pribadi," ujar Taufik menirukan perkataan pengurus Ahmadiyah Kampung Babakan Pindan.

Menurut Taufik, kata-kata tersebutlah yang menyulut emosi warga dan warga yang sudah berada di sekeliling masjid Ahmadiyah itu pun ada yang berteriak 'Kenapa harus pribadi, kenapa tidak secara kelembagaan atau seluruh umat Ahmadiyah,' lalu warga pun akhirnya melempar batu ke dalam masjid sehingga lama kelamaan terjadi pengrusakan.

Tapi menurut Taufik dari awal aparat kepolisian setempat sudah mengawal kegiatan itu dan mengamankan sehingga tidak berkembang. "Sampai saat ini situasi sudah bisa dikendalikan, jadi setelah shalat Jumat juga sudah bisa dikendalikan, dan pengamanan juga dilakukan oleh tokoh masyarakat setempat, sehingga tidak berkembang," tutur Taufik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement