Kamis 09 Feb 2012 20:37 WIB

Jika Selat Hormuz Ditutup, Indonesia Ikut Kacau

Lokasi terusan Hormuz, perlintasan utama pengiriman ekspor minyak mentah di kawasan teluk
Foto: topnews.in
Lokasi terusan Hormuz, perlintasan utama pengiriman ekspor minyak mentah di kawasan teluk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia pun tak luput berada dalam kekacauan jika Iran melakukan penutupan Selat Hormuz. "Selat ini penting dalam rantai distribusi minyak, bukan hanya untuk Indonesia, melainkan dunia. Di negara ini, 60 persen migas yang dikelola Kilang Cilacap berasal dari Iran," kata pengamat energi, Ryad Areshman Chairil, dalam diskusi "Mengkaji Alternatif Kebijkan BBM: Tambah Subsidi, Pembatasan, atau Kenaikan Harga" di Jakarta, Kamis (8/2).

Dalam konteks ekonomi politik energi internasional, 20 persen atau sekitar 17 juta barel pasokan minyak per hari dari berbagai negara di Timur Tengah harus melewati Selat Hormuz. Beberapa hari terakhir Iran dikhawatirkan dunia internasional akan menutup Selat Hormuz sebagai reaksi atas sanksi negara-negara Barat terhadap Iran terkait dengan pengembangan teknologi nuklir.

Sanksi tersebut, kata dia, meliputi pengurangan impor terhadap minyak Iran dan pelarangan transaksi keuangan dengan negara tersebut. "Kilang Cilacap yang sangat penting di Indonesia bergantung dari minyak Iran. Jika suplai dari negara itu ditutup, ketersediaan minyak dalam negeri akan sangat terbatas," kata Ryad.

Kilang minyak di Cilacap saat ini menyediakan 44 persen kebutuhan energi nasional dan 75 persen khusus di Pulau Jawa. Skenario terburuk yang bisa dibayangkan oleh Ryad adalah kosongnya ketersediaan BBM yang membuat ekonomi nasional macet, mobil-mobil yang tidak bisa berjalan, dan listrik yang terus-menerus mati.

"Tidak ada jalan keluar yang bisa dilakukan oleh Pemerintah dalam persoalan ini karena Selat Hormuz berada di luar kekuasaan Indonesia," kata Ryad. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Anggito Abimanyu dalam diskusi yang sama mengatakan bahwa dampak dari ditutupnya Selat Hormuz tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di seluruh negara.

"Oleh karena itu, pasti akan ada solusi internasional atas persoalan ini. Jadi kita tidak perlu khawatir," kata Anggito.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement