JAKARTA --- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan operasi save and rescue (SAR) dalam air Sungai Mahakam lokasi runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara belum bisa dilaksanakan. Ini dijelaskan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,Sutopo Purwo Nugroho, Senin (28/11).
Itu karena pylon jembatan labil,sehingga dikhawatirkan roboh ke arah sungai. Kementerian Pekerjaan Umum memberikan solusi bahwa pagi ini (28/11) tiang Pylon akan diikat untuk mencegah ambruk agar operasi SAR bisa dilaksanakan.
''Hari ini juga akan dicoba dilakukan echosounding untuk memastikan posisi kerangka baja di dalam air. Apakah bergeser atau tidak,'' tutur Sutopo. Apabila kerangka jembatan sudah bergeser ke arah hilir akibat arus bawah, maka itu posisi yang aman untuk memulai operasi menggeser kerangka jembatan. Dengan menggunakan lima buah crane di atas ponton dimana ujung jembatan akan ditarik.
Untuk evakuasi mobil-mobil yang terjebak di dalam rangka jabatan maka rangka jembatan akan digeser ke arah pinggir yang lebih dangkal.Di lokasi yang memungkinkan untuk mengeluarkan korban walaupun dalam kondisi zero visibility.
Sampai Ahad (27/11) malam pukul 21:10 WITA ditemukan lagi 1 jenazah lagi sehingga korban meninggal menjadi 5 orang. 39 orang luka-luka dan diperkirakan 33 orang hilang. ''Banyaknya orang yang hilang belum dapat dipastikan karena belum diketahui banyaknya kendaraan dan orang yang terjatuh bersamaan runtuhnya jembatan,'' tutur Sutopo.