REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sebuah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BRI di Jalan Gejayan, Sleman, Yogyakarta, diledakkan beberapa orang pada Jumat (7/10) pukul 02.00 WIB. Saat melarikan diri, pelaku meninggalkan tas yang di dalamnya berisi selebaran. Berikut bunyi selebaran tersebut;
"Pemberontakan sosial akan terus berlanjut karena mentari terus bersinar. Kali ini kami mengatakan, bahwa apa yang kami lakukan merupakan puncak dari semua kegelisahan serta kemarahan kami terhadap sistem yang sedang berjalan ini.
Sistem yang memberhalakan uang, sistem yang merecoki keseharian masyarakat dengan televisi, agar mereka membeli barang-barang yang tak mereka perlukan agar mereka terus bekerja seperti mesin. Sistem yang mengharuskan kami beserta masyarakat lainnya tidak memiliki kendali atas hidup kita sendiri. Sistem yang lainnya menguntungkan borjuis, para pebisnis, dan para birokrat negara yang menjadi sekutu setianya.
Bagi kami semua, ini bukan saatnya untuk diam, bukan saatnya untuk tenang menonton acara di depan televisi dan berkata bahwa "semua baik-baik saja".
Untuk setiap penindasan di Papua Barat.
Untuk setiap penindasan di Kulon Progo.
Untuk setiap penindasan bersejarah di Aceh.
Untuk setiap penindasan di Wera, Bima. Untuk setiap penggusuran dan perampasan lahan di Takalar dan Pandan Raya di Makasar.
Untuk setiap penindasan terhadap kawan-kawan kami yang berjuang.
Untuk Tukijo dan para kombatan sosial yang mendekam di penjara hanya karena berjuang mempertahankan hak hidupnya.
Untuk setiap konsensi hutan yang akan menghancurkan setiap keanekaragaman hayati mengatasnamakan uang dan bisnis!
Dan untuk setiap penjara yang seharusnya terbakar rata dengan tanah.
Maka selama negara dan kapitalisme masih eksis, tak pernah akan ada kata damai antara mereka yang tak berpunya dengan mereka yang berpunya.
Penyerangan terhadap pusat-pusat finansial: ATM, bank, gedung korporat adalah target yang penting, karena mereka adalah salah satu kolaborator yang menyebabkan penderitaan di muka bumi ini.
Ini bukanlah terorisme karena kami tidak mengadvokasikan untuk menyerang orang-orang, terorisme adalah peperangan antar negara. Terorisme adalah beras dan pangan di dapurmu yang semakin menipis. Terorisme adalah bajingan berseragam yang membawa senjata ke mana-mana. Terorisme adalah pembantaian orang-orang tak berpunya.
Maka kami mengatakan: sudah cukup! Dan ini juga untuk kalian!
Para kombatan yang tak pernah surut untuk berjuang di luar sana, meski kalian harus mendekam di jeruji besi karena keyakinan kalian akan kebebasan: Conspiracy cell of fire (Yunani), kombatan Chile: Tortuga! Lives on! Gabriel Pombo da Silva, Thomas Meyer Falk (Germany) Polikarpus Georgiadis, Revolutionary Struggle! Salut bagi kombatan Manado, Makassar, dan Bandung, kalian adalah inspirasi di tengah ketidakberdayaan masyarakat akan hidup mereka yang semakin tidak menentu dan tak berdaya.
"Biarkan api menyala dalam kegelapan!"
Long Live Luciano Tortuga Cell- International Revolutionary Front - FAI.
Indra Dahfald"