Selasa 06 Sep 2011 17:24 WIB

Angka Kecelakaan Mudik Tinggi, Pemerintah tak Mau Disalahkan

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Johar Arif
Menteri Perhubungan Freddy Numberi.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri Perhubungan Freddy Numberi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah enggan disalahkan atas tingginya tingkat kecelakan pada mudik lebaran tahun ini. Pasalnya mayoritas kecelakaan lebih disebabkan karena faktor pengendara.

 

"Kalau orang tidur kita mau ngomong apa, orang lelah kita mau ngomong apa. Kalau dipakai mobil rusak nah saya hukum perusahaannya. Tapi kalau orang lelah mesti kita kasih apa, pil ecstasy supaya dia ga lelah?" tukas Menteri Perhubungan Freddy Numberi, usai sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Selasa (6/9).

 

Menurut Freddy faktor kelelahan dan pengendara yang mengantuk memang menjadi penyebab utama kecelakaan. Pihaknya telah mengimbau supaya para supir beristirahat jika lelah dijalan. Namun, Ia mengakui khusus pengendara sepeda motor jauh lebih sulit mengaturnya. "Kalau sepeda motor kan sulit kita, karena memang rate-nya paling tinggi. Mudah-mudaha tahun depan bisa kita himbau dan mereka mau," jelasnya.

 

Sepeda motor menduduki peringkat tertinggi dalam kasus kecelakaan. Pihaknya, lanjut Freddy, tidak henti-hentinya mengimbau supaya menggunakan fasilitas angkutan publik yang disediakan. Baik dengan kereta api atau kapal laut.

 

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan jumlah kecelakan pada mudik tahun ini dari H-7 sampai H+5 sebanyak 4.259. Dengan jumlah meninggal dunia 710 orang, luka bera 1.200 , dan luka ringan 3014 orang.

 

Sementara pada tahun lalu, jumlah kecelakaan 3010, meninggal dunia 746, luka berat 889 dan luka ringan 1710 orang. "Tahun ini angkanya memang lebih tinggi dibanding tahun lalu, tapi yang meninggal lebih sedikit," jelasnya.  

 

Freddy sendiri mengaku siap jika dipanggil oleh DPR guna menjelaskan tingginya angka kecelakaan tersebut. Karena tidak ada yang perlu ditutup-tutupi oleh pemerintah. "Ya saya siap," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement