Jumat 21 Nov 2025 22:57 WIB

Suara Pedagang Soal Rencana Larangan Thrift: Justru Barang China yang Merugikan Negara

Pedagang bingung mau bekerja dimana lagi jika thrift dilarang.

Rep: Mg159/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pasar Thrift di Bogor
Foto: Mg159
Pasar Thrift di Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah pengusaha thrift khusus pakaian bekas layak pakai di beberapa titik di Bogor mengaku resah menyusul rencana pemerintah yang akan melarang impor pakaian bekas.

Kebijakan ini dinilai menimbulkan ketidakpastian bagi kelangsungan usaha mereka, yang selama ini bergantung pada pasokan barang impor untuk memenuhi kebutuhan penjualan.

Baca Juga

Fikri pemilik toko thrift di pasar thrift seberang stasiun Bogor bekas mall Matahari mengaku sudah mengetahui kebijakan pemerintah yang akan melarang pasokan impor baju bekas. Ia menilai kebijakan tersebut tidak adil dan merugikan mereka. 

Suasana lapak-lapak penjual pakaian bekas alias thrifting di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2025).

“Saya tahu thrift ini bakal dilarang sama pemerintah. Pastinya bakal rugi karena mata pencaharian kita di sini dari 2021,"kata dia ketika ditanya Republika, Kamis (20/11/2025).

Fikri juga menegaskan,  yang merugikan negara bukanlah pakaian impor tetapi barang-barang impor dari China yang semakin merajalela dimana-mana

“Sebenernya bisnis thrift ini gak merugikan negara banget, justru barang-barang impor china yang merajalela yang merugikan negara karena mengalahkan produk lokal. Liat aja semua barang udah made in China,"tambah dia.

photo
Pedagang menata barang dagangan di salah satu kios di Pasar Cimol Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/6/2023). Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) M Shobirin F Hamid mengusulkan kawasan Gedebage Bandung khususnya pasar pakaian bekas impor (thrifting) di Pasar Cimol, menjadi sentra perdagangan tekstil sekaligus destinasi wisata tekstil. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement