Senin 27 Oct 2025 21:29 WIB

Ditjen Bimas Buddha Tingkatkan Kapasitas SDM Melalui Assessment Life Tools Talent-DNA

Bimas Buddha jelaskan pentingnya transformasi pola kerja di era reformasi.

Kegiatan Ditjen Bimas Buddha.
Foto: Erdy Nasrul/Republika
Kegiatan Ditjen Bimas Buddha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang bertalenta, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha bekerja sama dengan Accelerated Transformation Consulting International (ACT) menyelenggarakan kegiatan Assessment Life Tools Talent-DNA. Kegiatan ini berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta, pada Senin (27/10/2025).

Kegiatan ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi dan kekuatan unik setiap pegawai di lingkungan Ditjen Bimas Buddha agar dapat berkontribusi secara optimal dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui program ini, setiap pegawai diajak untuk mengenali potensi diri dan mengembangkan keunggulannya sebagai bagian dari tim yang solid dan kolaboratif.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, dalam sambutannya menegaskan pentingnya transformasi pola kerja di era reformasi demokrasi.

“Kita harus mulai bergeser dari perilaku yang masih konvensional menuju pola kerja kolaboratif yang mengedepankan kesadaran diri dan pengelolaan potensi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Supriyadi menjelaskan bahwa melalui metode Talent-DNA, setiap individu akan dikenalkan pada sepuluh top talent yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan diri, serta lima bottom talent yang bukan bagian dari diri pegawai. Harapannya kegiatan ini dapat memperkuat budaya kolaborasi di lingkungan Ditjen Bimas Buddha.

“Harapannya ke depan akan terjadi sebuah kolaborasi yang saling memanfaatkan kekuatan yang ada dan saling membelajarkan manakala di antara kita ada sesuatu blindspot yang kita tidak sadari,” tambahnya.

Sementara itu, Trainer dari ACT, Trie Setiatmoko yang akrab disapa Tiko, menjelaskan bahwa Talent-DNA merupakan langkah awal untuk memahami diri sebelum menuju tahap pengelolaan diri (self management).

“Tahapan pertama ini adalah self awareness, yaitu mengenali potensi diri dan melihat bagaimana hal itu tercermin dalam keseharian. Harapannya nanti dapat diteruskan pada tahap self management agar pegawai bisa berkolaborasi lebih efektif,” jelas Tiko.

Tiko juga menyoroti kekuatan organisasi Ditjen Bimas Buddha yang memiliki fleksibilitas dan harmoni internal sebagai modal penting. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan tetap ada, terutama dalam menghadapi tuntutan kerja dan situasi yang tidak sesuai ketentuan.

Melalui kegiatan ini, Ditjen Bimas Buddha berkomitmen untuk terus menumbuhkan budaya kerja yang adaptif, kolaboratif, dan berorientasi pada pengembangan potensi sumber daya manusia menuju birokrasi yang profesional dan unggul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement