REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua utusan khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff dan Jared Kushner, datang menghadap langsung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Kedatangan mereka bukan sekadar kunjungan biasa, melainya membawa pesan tegas dari pemerintah AS: hentikan segala tindakan yang bisa menggagalkan gencatan senjata di Gaza.
Netanyahu, yang selama ini dikenal keras kepala dan terus melanjutkan serangan meski gencatan senjata sudah disepakati, akhirnya mendapat “teguran halus”. Dalam pertemuan itu, Witkoff dan Kushner secara gamblang menyampaikan, "Jangan bertindak dengan cara yang membahayakan gencatan senjata. Kami ingin melakukan segalanya untuk mencapai fase kedua," sebagaimana diberitakan The Times of Israel pada Senin (20/10/2025).
Dalam berita yang lain, media zionis tersebut juga mencantumkan pernyataan Kushner yang menekankan, jika Israel ingin terlibat dalam pembangunan Timur Tengah yang berkelanjutan, maka harus menjaga gencatan senjata ini.
Menurut Channel 12 yang mengutip sumber dalam ruangan, kedua utusan AS itu juga bertemu dengan pimpinan tinggi militer Israel (IDF) untuk memastikan kesepakatan damai yang lebih besar benar-benar dijalankan. Netanyahu pun akhirnya menyatakan komitmennya terhadap kerangka gencatan senjata, dengan syarat Hamas juga menaati kesepakatan.
Isi Kesepakatan: Sandera Dilepas, Tahanan Dibebaskan
Kesepakatan gencatan senjata ini tidak hanya tentang menghentikan tembak-menembak. Ada sejumlah poin penting yang disetujui kedua belah pihak:
Hamas wajib membebaskan semua sandera yang masih hidup, yang sudah dilakukan minggu lalu.
Hamas juga harus menyerahkan jenazah sandera yang meninggal, meski hingga kini masih ada jenazah yang belum dikembalikan dengan alasan tidak ditemukan.
Di sisi lain, Israel harus membebaskan 250 tahanan Palestina yang dihukum seumur hidup, serta sekitar 1.700 tahanan keamanan.