Selasa 21 Oct 2025 12:48 WIB

Perang Lawan Rusia, Trump: Saya Rasa Ukraina tak akan Menang

Trump mendorong perdamaian Ukraina dan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara di hadapan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Donald Trump di Ruang Timur Gedung Putih.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara di hadapan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Donald Trump di Ruang Timur Gedung Putih.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -– Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menarik perhatian dunia dengan pernyataannya yang kontroversial: ia mengaku tak yakin Ukraina bisa memenangkan perang melawan Rusia.

Trump menilai bahwa medan tempur kini tak lagi berpihak pada Kyiv, sementara dukungan Barat mulai goyah di tengah tekanan ekonomi dan politik domestik. Ia menggambarkan perang itu sebagai “pertempuran yang tak seimbang” dan menuding pemerintahan sebelumnya gagal mencegah konflik sejak awal.

Baca Juga

"Mereka (Ukraina) masih bisa memenangkannya konflik melawan Rusia? Saya rasa mereka tidak akan menang," kata Trump kepada wartawan di awal pertemuan bilateralnya dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Gedung Putih Amerika, sebagaimana diberitakan Sputnik, pada Senin (20/10/2025).

Ukraina sulit menang melawan Rusia karena perbedaan kekuatan yang sangat timpang, baik dari segi militer, logistik, maupun sumber daya. Rusia memiliki pasokan senjata jauh lebih besar, termasuk rudal jarak jauh, jet tempur canggih, dan cadangan amunisi hampir tanpa batas.

Selain itu, Moskow menguasai lini industri militer dan energi yang membuatnya mampu mempertahankan perang berkepanjangan. Sementara Ukraina, meski didukung oleh negara-negara Barat, sangat bergantung pada bantuan luar negeri—dari peluru artileri hingga dana operasional. Ketika pasokan itu tersendat akibat politik di Washington atau Eropa, kekuatan tempur Ukraina langsung melemah.

Di sisi lain, Rusia juga memanfaatkan waktu dan strategi. Setelah kegagalan awal di Kyiv pada 2022, pasukan Rusia mengubah taktik menjadi perang gesekan: perlahan tapi pasti menggiling pertahanan Ukraina melalui serangan udara, blokade ekonomi, dan propaganda.

Ukraina kini menghadapi tantangan moral dan logistik yang berat—ribuan tentaranya gugur, kota-kota hancur, dan rakyatnya lelah oleh perang panjang tanpa ujung.

Dalam kondisi seperti itu, kemenangan terasa semakin jauh, sementara Rusia, dengan semua biayanya, masih mampu bertahan di medan politik dan militer.

Trump Berharap Hasil Signifikan dari Pembicaraan dengan Perdana Menteri Australia

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia bermaksud mencapai hasil yang signifikan dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement