Ahad 05 Oct 2025 06:16 WIB

Tiba di Tanah Air, Wanda Hamidah Ungkap Lika-Liku Misi Flotilla

Misi bertujuan membangunkan kesadaran untuk memperjuangkan Palestina.

Aktivis kemanusiaan Wanda Hamidah bersiap melakukan pelayaran bersama aktivis Global Sumud Flotilla menuju Gaza di Pelabuhan Sidi Bou Said di Tunisia, Selasa (16/9/2025). Sebanyak 13 kapal GSF telah berlayar meninggalkan pelabuhan di Tunisia menuju perairan laut internasional Mediterania untuk menembus blokade Gaza. Wanda Hamidah menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) untuk mengikuti pelayaran akbar membuka koridor kemanusiaan ke Gaza bersama ratusan aktivis dan relawan dari puluhan negara. Wanda Hamidah menaiki kapal Keiser bersama 11 relawan dan aktivis dari Turki dan Tunisia dan beberapa negara lainnya. Kapal Keiser menjadi kapal terakhir yang berlayar dari Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia pada Selasa (16/9). Diperkirakan pelayaran mengarungi Laut Mediterania itu memasuki perairan Gaza selama 10 sampai 12 hari.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Aktivis kemanusiaan Wanda Hamidah bersiap melakukan pelayaran bersama aktivis Global Sumud Flotilla menuju Gaza di Pelabuhan Sidi Bou Said di Tunisia, Selasa (16/9/2025). Sebanyak 13 kapal GSF telah berlayar meninggalkan pelabuhan di Tunisia menuju perairan laut internasional Mediterania untuk menembus blokade Gaza. Wanda Hamidah menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) untuk mengikuti pelayaran akbar membuka koridor kemanusiaan ke Gaza bersama ratusan aktivis dan relawan dari puluhan negara. Wanda Hamidah menaiki kapal Keiser bersama 11 relawan dan aktivis dari Turki dan Tunisia dan beberapa negara lainnya. Kapal Keiser menjadi kapal terakhir yang berlayar dari Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia pada Selasa (16/9). Diperkirakan pelayaran mengarungi Laut Mediterania itu memasuki perairan Gaza selama 10 sampai 12 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis publik Wanda Hamidah, yang merupakan bagian dari relawan Indonesia, menuturkan lika-liku misi Global Sumud Flotilla. Katanya, ia saat itu sudah pasrah jika ditangkap dan dipenjara oleh Israel dalam upayanya menembus blokade Israel terhadap Gaza.

Wanda bersama salah satu relawan dari Aqsa Working Group (AWG) Muhammad Fatur Rohman merupakan dua dari puluhan warga negara Indonesia yang bergabung dalam misi kemanusiaan untuk Gaza. Keduanya baru mendarat di Bandara Soekarno Hatta Tangerang pada Sabtu (4/10/2025) malam dan berbagi cerita perjalanan kepada media di kawasan Jakarta Selatan.

Baca Juga

“Terus terang saya dan Fatur, kami sudah menghibahkan diri, kami sudah menghibahkan nyawa kami, kami berharap kami bisa membuka blokade, kami berharap kami bisa menurunkan bantuan kemanusiaan dengan segala resikonya walau harus ditangkap, walau harus dideportasi, walau harus ditahan di dalam penjara Israel,” kata Wanda.

Wanda bercerita berangkat bersama rombongan Indonesian Global Palestine Coalition (IGPC) sedangkan Fathur berlayar bersama AWG. Keduanya bertemu di Pelabuhan Sidi Bou Said, pantai Utara Tunisia Tunisia.

Dalam perjalanannya dari Tunisia, Fatur sempat ditempatkan di kapal Observer. Namun, pada menit terakhir kapten mengurangi penumpang, sehingga Fatur dipindahkan ke kapal Kamr, sebuah sailing boat kecil berisi enam orang dari Indonesia, Mauritania, Aljazair, dan Tunisia.

Sementara itu, kapal lain seperti Kaiser yang ditumpangi Wanda Hamidah, Observer, dan Nusantara mengalami kerusakan saat tiba di Italia. Terdampar di pelabuhan Sisilia, Italia, delegasi Indonesia selama dua pekan menanti dengan sabar. Mereja berharap bisa menumpang kapal konvoi Global Sumud Flotilla yang akan berlayar ke Gaza untuk menembus blokade Israel.

Namun, mereka pada akhirnya harus menelan pil pahit karena sudah tidak ada lagi kapal yang akan berlayar menuju Gaza. Dengan demikian, delegasi Indonesia dan delegasi dari negara-negara lainnya yang tidak bisa melanjutkan perjalanan, akhirnya memutuskan kembali ke negara masing-masing.

“Sampai detik hari kepulangan, kami masih berkumpul di kapal Nusantara karena satu dan lain hal karena tidak ada kapal lagi, ini sudah kapal terakhir yang menuju Gaza kapal yang lain, sudah tidak ada lagi yang menuju Gaza. Karena satu dan lain hal kapal ini (Nusantara) tidak diizinkan untuk berlayar karena mungkin khawatir bahwa kami akan sendirian berlayar,” ucapnya.

Mengenang perjuangannya yang sulit dalam mencari kapal untuk membawanya ke Gaza, Wanda mengaku sudah membayangkan dirinya telah berada di penjara Israel. Karena jika tertangkap, mereka harus menandatangani surat untuk dideportasi atau jika menolak akan ditahan oleh pasukan zionis tersebut.

“Yang kami lakukan, ini semua adalah untuk membangunkan umat, yang kami lakukan untuk membangunkan kesadaran warga negara Indonesia di manapun kita berada bahwa kita harus membebaskan Palestina dari penjajahan,” tegas Wanda.

Senada, Fatur mengaku akan kembali mencoba menembus blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan dengan berbekal persiapan yang lebih matang. “Kita akan buat lagi gelombang-gelombang yang berikutnya yang jauh lebih besar, yang jauh lebih kuat, untuk menembus blokade Gaza,” tutur Fatur.

Semua kapal yang ikut serta dalam Global Sumud Flotilla, konvoi bantuan kemanusiaan yang berupaya menembus blokade zionis Israel terhadap Jalur Gaza, dipastikan telah dicegat oleh pasukan Israel. Menurut laporan Al Jazeera pada Jumat (3/10/1015), kapal “Marinette” yang berbendera Polandia menjadi kapal terakhir dari 44 kapal peserta Global Sumud Flotilla yang dicegat Israel pada Jumat pagi.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement