Senin 29 Sep 2025 15:03 WIB

JPPI Catat Lebih dari 8 Ribu Anak Keracunan MBG Hingga Akhir September, Jabar Terbanyak, Ini Datanya

Lonjakan jumlah anak keracunan MBG terjadi dua pekan terakhir.

Rep: Rizky Suryarandika, Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Andri Saubani
Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) mendapat perwatan di dalam mobil ambulans di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan yang diduga akibat menyantap hidangan makan bergizi gratis pada (24/9).
Foto: ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) mendapat perwatan di dalam mobil ambulans di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan yang diduga akibat menyantap hidangan makan bergizi gratis pada (24/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkapkan korban keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah hampir 9 ribu anak. JPPI menyayangkan program MBG malah berbuah air mata dari para korban.

Berdasarkan data terbaru per 27 September 2025 dari pemantauan JPPI, korban keracunan MBG sudah mencapai 8.649 anak. JPPI mencatat lonjakan jumlah korban keracunan, sebanyak 3.289 anak dalam dua pekan terakhir.

Baca Juga

"Program yang digadang-gadang sebagai mahakarya Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan gizi anak bangsa kini berubah wajah menjadi tragedi keracunan massal," kata Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji kepada Republika, Senin (29/9/2025).

Pada bulan September ini, JPPI menyebut jumlah korban keracunan per pekan selalu mengalami peningkatan. Penambahan jumlah korban terbanyak terjadi pada satu pekan lalu (22-27 September 2025) dengan korban mencapai 2.197 anak.

“Alih-alih memberi pemenuhan gizi, makanan yang disediakan negara justru membuat ribuan anak keracunan massal. Tangis anak-anak pecah di ruang kelas, antrean panjang di rumah sakit, keresahan orang tua, dan trauma makan MBG adalah bukti nyata bahwa program ini gagap mencapai tujuan,” kata Ubaid.

photo
Wali siswa membantu menyiapkan hidangan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Pejaten Barat 01 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (29/9/2025). Program MBG kini menjadi sorotan setelah ribuan siswa menjadi korban keracunan massal usai menyantap hidangan MBG.Hal tersebut membuat sejumlah sekolah meningkatkan pengawasan terhadap distribusi dan kualitas makanan. Di SDN Pejaten Barat 01 Pagi, pihak sekolah mengambil langkah antisipatif dengan melibatkan komite orang tua murid untuk mengawasi proses pendistribusian dari dapur SPPG hingga mengecek kualitas makanan. - (Republika/Thoudy Badai)

JPPI juga mengecam respon pemerintah hanya menutup Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terdapat kasus keracunan. JPPI mempertanyakan SPPG lain yang terbelit berbagai masalah lainnya. JPPI menduga ini adalah langkah yang mengabaikan akar permasalahan.

“Keracunan hanyalah puncak gunung es. Masalah MBG lebih dalam dari itu. Kami menemukan praktik menu di bawah standar, pengurangan harga per porsi, konflik kepentingan, hingga pembungkaman suara kritis di sekolah. Karena itu, kami menuntut semua dapur dihentikan sementara untuk evaluasi dan pembenahan total,” ujar Ubaid.

Berikut data provinsi dan jumlah kasus keracunan MBG versi JPPI:

Banten           55

Bengkulu        539

DIY                1.047

Jabar             3.554

Jateng           1.078

Jatim             330

Kalbar            31

Kaltara           31

Lampung        392

Maluku           72

NTB               165

NTT               316

Papua Barat   13

Riau              46

Sulsel            313

Sulteng         473

Sultra            73

Sulbar           10

Jakarta          92

Kepri             14

Kaltim            5

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement