REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tim pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Mercu Buana mengadakan sebuah kegiatan edukatif di Desa Sayang, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, yang fokus pada pengelolaan sampah rumah tangga. Acara ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat dan bertujuan untuk mengatasi isu lingkungan di wilayah tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin 22 September 2025 yang dihadiri oleh 52 peserta, termasuk kepala desa, anggota karang taruna, serta warga setempat. Kepala Desa Sayang, Dodi Kurnaedi turut hadir dalam acara tersebut.
Acara ini dipandu oleh tim pelaksana yang terdiri dari Dhani Irmawan, Indra Kusumah, Yananto Mihadi Putra, dan perwakilan mahasiswa dari Universitas Mercu Buana.
Materi utama yang disampaikan adalah mengenai pengelolaan sampah rumah tangga. Dhani Irmawan, selaku pembicara menekankan pentingnya membedakan sampah menjadi dua jenis, yakni organik (mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, dan daun kering) dan anorganik (sulit membusuk seperti plastik, botol, dan kaleng).
Ia menegaskan sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak serius, dari pencemaran air sungai, air tanah, dan laut, hingga ancaman bagi makhluk hidup. Selain itu, cairan hasil pembusukan sampah (leachate) yang berbau menyengat akan berbahaya jika meresap ke lingkungan. Sebagai contoh nyata, Sungai Citarum di Jawa Barat kini dikenal sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia akibat penumpukan sampah dan limbah.
Melalui Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Tahun 2025, Universitas Mercu Buana menghadirkan konsep Eco-Village guna mewujudkan lingkungan hijau dan pemberdayaan ekonomi di Jatinangor. Dengan judul kegiatan “Lingkungan Sayang Jatinangor Hijau: Gerakan Terpadu Pengelolaan Sampah, Mitigasi Banjir dan Pemberdayaan Ekonomi Melalui Konsep Eco-Village”.