REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana hasil penjualan tiket pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Norwegia melawan Israel pada 11 Oktober mendatang di Oslo akan disumbangkan untuk mendukung kerja kemanusiaan di Gaza.
Asosiasi Sepak Bola Norwegia pada Senin (15/9/2025) mengumumkan bahwa dana tersebut akan disalurkan melalui kemitraan dengan Doctors Without Borders, lembaga kemanusiaan pemenang Nobel Perdamaian. Dengan tiket yang sudah habis terjual, donasi diperkirakan mencapai ratusan ribu dolar.
“Dana ini secara khusus dialokasikan untuk operasi bantuan Doctor Without Borders di Gaza dan wilayah sekitarnya yang terdampak perang,” bunyi pernyataan resmi Asosiasi Sepak Bola Norwegia.
Langkah ini diambil setelah Norwegia bulan lalu menyatakan komitmen membantu rakyat Palestina melalui sepak bola. Israel, yang sejak 1994 berkompetisi di ajang Eropa karena alasan keamanan, hampir tidak menghadapi tekanan untuk diskors atau diboikot meski agresi mereka di Gaza meningkat sejak Oktober 2023 dan menelan puluhan ribu jiwa.
Sebagai perbandingan, Rusia diskors dari sepak bola internasional setelah invasi penuh ke Ukraina pada Februari 2022, menyusul penolakan banyak anggota UEFA untuk menghadapi tim Rusia. Namun, Israel bebas melenggang dari sanksi serupa.
“Asosiasi kami, sebagai anggota FIFA dan UEFA, harus berhubungan dengan keikutsertaan Israel di kompetisi. Namun pada saat yang sama, kami tidak bisa dan tidak akan bersikap netral terhadap penderitaan kemanusiaan, khususnya serangan tidak proporsional terhadap warga sipil di Gaza,” ujar Presiden Asosiasi Sepak Bola Norwegia, Lise Klaveness, dalam konferensi pers.
Momen politik ini hadir ketika timnas Norwegia sedang berada di generasi emas yang dipimpin striker bintang Erling Haaland, dan berpeluang lolos ke Piala Dunia pertama sejak 1998. Mereka saat ini memimpin grup kualifikasi yang juga dihuni Italia.
Presiden Federasi Sepak Bola Italia, Gabriele Gravina, juga menyinggung laga melawan Israel pada 14 Oktober di Udine. “Kami sadar betul betapa sensitifnya opini publik Italia terkait pertandingan ini. Kami sangat peduli pada martabat manusia dan sangat sedih melihat apa yang terjadi di Palestina,” ujarnya kepada radio publik Italia.
Belum jelas berapa banyak keuntungan yang akan diterima Asosiasi Sepak Bola Norwegia dari penjualan sekitar 23.000 tiket di Ullevaal Stadium, yang akan mendapat pengamanan ekstra untuk kunjungan tim Israel.
Selain itu, ada tambahan donasi sebesar 3 juta kroner Norwegia (sekitar Rp5 miliar) dari salah satu perusahaan investasi terbesar di negara tersebut. Identitas penyumbang diketahui oleh Doctors Without Borders, tapi tidak diungkap ke publik.
Norwegia memang dikenal sebagai salah satu anggota FIFA yang paling vokal secara politik. Doctors Without Borders pun menyampaikan apresiasinya. “Hal ini mencerminkan misi kemanusiaan Doctors Without Borders untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan tanpa memandang keyakinan, asal-usul, orientasi, gender, atau warna kulit,” kata Sekretaris Jenderal Doctors Without Borders Norwegia, Lindis Hurum.
Baik Klaveness maupun Gravina merupakan anggota Komite Eksekutif UEFA yang beranggotakan 20 orang, di mana Moshe Zuares dari Asosiasi Sepak Bola Israel juga duduk sebagai anggota. Gravina, yang menjabat wakil presiden senior UEFA, menegaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan UEFA untuk menggelar sejumlah inisiatif kemanusiaan terkait laga 14 Oktober mendatang.
Di Udine bulan lalu, UEFA sempat menggelar pertandingan Piala Super Eropa antara Paris Saint-Germain dan Tottenham. Pada laga tersebut, spanduk bertuliskan “Stop Killing Children, Stop Killing Civilians” dibentangkan sebelum kick-off.
Italia yang gagal lolos ke dua edisi terakhir Piala Dunia tak punya pilihan selain tetap bermain. Menolak bertanding melawan Israel akan berarti kekalahan otomatis 0-3.
“Fakta bahwa kami berada satu grup dengan Israel membuat situasinya jelas. Jika menolak bermain, berarti kami juga menyatakan tidak akan pergi ke Piala Dunia. Kami harus sadar akan konsekuensi itu,” kata Gravina.