REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA -- Delegasi Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) mundur dalam aksi Global Sumud Flotilla 2025 menembus blokade Gaza dengan alasan faktor teknis dan keamanan. Namun, upaya para relawan dan aktivis internasional membuka jalur kemanusian melalui Laut Mediterania untuk membawa bantuan ke Jalur Gaza tetap diupayakan berjalan pada Sabtu (13/9/2025), atau Ahad (14/9/2025).
Ketua Koordinator IGPC Muhammad Hussein mengatakan, 30 relawan, aktivis kemanusian, pun wartawan partisipan pelayaran menembus blokade Gaza itu, bakal pulang ke Tanah Air paling lambat, Ahad (14/9/2025). "Selama 12 hari menanti pelayaran di Tunisia, dengan berbagai pemunduran-pemunduran, Indonesia Global Peace Convoy memutuskan untuk menarik diri dari Global Sumud Flotilla," kata Husein di Radison Blu Convention, Tunis Jumat (12/9/2025).
Sekitar 60-an delegasi IGPC sudah tiba di Tunisia, yang merupakan titik kumpul pelayaran akbar Global Sumud Flotilla menembus blokade Gaza. Dari jumlah tersebut, 30 di antaranya diamanahkan untuk ambil bagian dalam misi pelayaran kemanusian membuka koridor bantuan ke Gaza itu. Selama di Tunis, para partisipan Indonesia itu dituntut mengikuti berbagai pelatihan untuk berlayar bersama-sama 300-an relawan, aktivis, dan wartawan dari 44 negara lainnya.
Dari Steering Committee Global Sumud Flotilla mulanya menjadwalkan 4 September 2025 sebagai hari H pelayaran serempak. Akan tetapi dimundurkan sampai 7 September 2025.
Pemunduran awal itu karena kapal-kapal kemanusian yang berasal dari Spanyol, Italia, dan Yunani belum bergerak ke Tunis. Dan, lima kapal Indonesia yang berada di Italia, serta Yunani belum dapat bersandar ke dermaga Tunis. Pemunduran tersebut, membuat seluruh partisipan pun kembali ke ruang training dan pelatihan.