Selasa 09 Sep 2025 13:12 WIB

Pemprov DKI Catat 218 Kasus Campak per Awal September

Imunisasi campak diberikan sebanyak tiga kali kepada anak.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin imunisasi kepada anak di RPTRA Flamboyan, Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, (4/6/2025). Puskesmas Kecamatan Tebet menggelar Gebyar Imunisasi  sebagai upaya meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap serta mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak-anak usia dini. Vaksin imunisasi yang diberikan dalam kegiatan ini diantaranya Bacile Calmerte Guerin (BCG), Difteri Pertusis dan Detanus (DPT), Campak, Pneumococcal Conjugate Vaccine 3 (PCV3) dan sebagainya.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin imunisasi kepada anak di RPTRA Flamboyan, Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, (4/6/2025). Puskesmas Kecamatan Tebet menggelar Gebyar Imunisasi sebagai upaya meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap serta mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) pada anak-anak usia dini. Vaksin imunisasi yang diberikan dalam kegiatan ini diantaranya Bacile Calmerte Guerin (BCG), Difteri Pertusis dan Detanus (DPT), Campak, Pneumococcal Conjugate Vaccine 3 (PCV3) dan sebagainya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengumumkan data terbaru mengenai kasus campak dan rubella yang terjadi di ibu kota. Hingga awal September 2025, tercatat sebanyak 218 kasus campak dan 63 kasus rubella di wilayah Jakarta. Tidak ada laporan kematian yang disebabkan oleh kedua penyakit tersebut.

"Kasus campak di DKI Jakarta itu sempat naik. Ada 218 kasus pada awal September, dan juga ada 63 kasus rubella yang sudah terkonfirmasi. Alhamdulillah, tidak ada kematian yang dilaporkan sampai dengan saat ini," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati dalam seminar bertema “Cegah Campak dari Rumah Kita” di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Baca Juga

Dia menyebutkan kasus campak tersebut, di antaranya ditemukan di Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng dengan total 38 total kasus positif campak. Merespons kasus tersebut, dia mengatakan Dinas Kesehatan DKI bersama pemangku wilayah telah melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) atau kegiatan imunisasi campak massal sebagai penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Jadi, kami hitung ada sekian anak yang harus dilakukan imunisasi untuk mencegah agar kasus campaknya tidak bisa meluas. Kami isolasi kasusnya supaya tidak meluas," kata Ani.

Menurut dia, terdapat 9.000 anak yang menjadi sasaran imunisasi tersebut, dan saat ini cakupannya sekitar 77,22 persen. Imunisasi itu pun dipastikan masih berjalan sampai sekarang.

Imunisasi tersebut bertujuan agar anak mendapatkan kekebalan tubuh secara optimal terhadap campak dan rubella. Imunisasi campak diberikan sebanyak tiga kali pada anak, yakni saat berusia 9 bulan, 18 bulan, dan usia SD kelas 1.

"Kalau di lingkungan kita ada bayi, balita yang berusia 9 dan 18 bulan, maka kita ajak, kita pastikan, kita dorong untuk mendapatkan imunisasi campak atau MR. Imunisasinya harus lengkap karena ini salah satu pencegahan yang sangat efektif untuk mencegah penularan penyakit campak," kata Ani.

Dia menjelaskan campak merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari genus Morbillivirus. Penyakit tersebut menular melalui udara. "Jadi, percikan dari batuk, dari sekresi hidung, atau pun terkontaminasi dengan alat-alat atau barang-barang yang sudah terkontaminasi dengan virus campak ini. Dan ini cukup mudah penularannya, cukup cepat," ujar Ani.

Dia mengatakan campak dapat menjadi penyakit yang serius apabila menyerang anak-anak, antara lain menyebabkan infeksi telinga, diare, infeksi otak, kerusakan kornea, pneumonia hingga kematian, sehingga harus dicegah sedini mungkin melalui imunisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement