REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pertarungan Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner pada final US Open yang akan berlangsung Ahad (7/9/2025) waktu setempat atau Senin (8/9/2025) dini hari WIB tidak hanya memperebutkan gelar tapi juga predikat sebagai petenis No.1 dunia. Kedua rival berat yang telah menguasai tujuh gelar major terakhir tersebut akan mengukir sejarah di New York dengan menjadi petenis pertama di era modern Open yang bertanding dalam tiga pertandingan perebutan gelar Grand Slam di musim yang sama, setelah Roland Garros dan Wimbledon.
"Saya menyukai tantangan-tantangan ini. Saya senang menempatkan diri saya di posisi-posisi ini," kata Sinner ketika ditanya pendapatnya tentang Alcaraz sebagai lawan terakhirnya, dikutip dari ATP, Ahad.
"Dia adalah seseorang yang mendorong saya hingga batas kemampuan saya, dan itu hebat, karena dengan begitu Anda mendapatkan umpan balik terbaik yang bisa Anda dapatkan sebagai pemain. Kami sudah cukup sering berhadapan akhir-akhir ini, jadi segalanya menjadi sedikit berbeda."
Siapa pun yang meraih gelar di New York akan sekaligus memastikan diri mereka berada di peringkat 1 ATP pada Senin. Sinner telah mempertahankan posisi puncak selama 65 pekan berturut-turut, sementara Alcaraz bertekad untuk kembali ke posisi yang terakhir dipegangnya pada September 2023 itu.
Alcaraz unggul atas Sinner dengan 1.890 poin dalam ATP Live Race To Turin, tetapi petenis Italia itu dapat memperkecil selisih tersebut menjadi 1.190 poin dengan gelar juara di New York. Keduanya telah lolos ke ATP Finals yang merupakan turnamen penutup musim.
Persaingan Sinner dan Alcaraz berkembang menjadi salah satu yang paling sengit, dan persaingan tersebut pertama kali muncul di New York tiga tahun lalu. Alcaraz menyelamatkan sebuah match point dalam kemenangan epik di perempat final lima set dalam perjalanannya menuju gelar juara US Open 2022.
Namun, sebelum tahun ini di Roland Garros, Sinner dan Alcaraz belum pernah bertemu di final Grand Slam.
"Selalu ketika kami melangkah di lapangan, kami menyadari mungkin lebih banyak hal, karena dia atau saya, kami mencoba mempersiapkan pertandingan secara taktis dan dengan cara yang berbeda," kata Sinner.
"Ini bagus untuk olahraga ini karena memiliki rivalitas, semoga memiliki pertandingan-pertandingan hebat di depan kami. Dan, kemudian kita lihat saja nanti.”
"Saya seseorang yang menyukai tantangan-tantangan ini, dan saya senang menempatkan diri di posisi ini dan melihat bagaimana hasilnya," ujar petenis berusia 24 tahun itu.
Alcaraz memasuki final dengan unggul 9-5 dalam head to head melawan Sinner. Pertarungan mereka di New York akan menjadi pertemuan kelima mereka pada 2025.
Semua pertandingan tersebut merupakan final, dengan Alcaraz menang di Roma, di Roland Garros (setelah bangkit dari ketertinggalan dua set) dan di Cincinnati (di mana Sinner mundur karena sakit), sementara Sinner menang di Wimbledon.
"Saya selalu mengambil pelajaran dari pertandingan-pertandingan sebelumnya. Jika saya bermain melawan Jannik, tentu saja saya akan mengambil pelajaran dari pertandingan-pertandingan terakhir yang saya mainkan melawannya," kata Alcaraz setelah kemenangannya di semifinal melawan Novak Djokovic.
"Satu atau tiga pertandingan terakhir, saya akan mencatatnya, dan saya akan melihat apa yang salah saya lakukan, apa yang saya lakukan dengan baik dalam pertandingan-pertandingan itu, hanya untuk mendekati final dengan cara yang baik."
Baik Sinner maupun Alcaraz tampil gemilang dua pekan ini di Flushing Meadows. Unggulan teratas Sinner, yang sedang meraih 27 kemenangan beruntun di turnamen major lapangan keras, hanya kehilangan dua set dalam enam pertandingannya.
Sementara, unggulan kedua Alcaraz belum kehilangan satu set pun dan tampil gemilang saat mengalahkan Djokovic, pemegang 24 gelar turnamen major.
"Saya pikir secara fisik dia telah banyak berkembang, dan itu jelas bukan rahasia," kata Alcaraz tentang Sinner, yang sempat menjalani jeda medis karena masalah perut saat menang di semifinal melawan Felix Auger-Aliassime.
"Dia telah berbicara tentang kondisi fisik yang harus dia tingkatkan, dan saya pikir tahun lalu, dua tahun terakhir, dia telah banyak berkembang secara fisik."
"Pertandingannya sangat menuntut fisik sehingga ia mampu bermain dengan kemampuan 100 persen selama dua, tiga, empat jam, dan saya pikir itu adalah peningkatan terbesar yang telah ia buat dalam beberapa tahun terakhir," ujar petenis berusia 22 tahun itu.