Senin 01 Sep 2025 01:00 WIB

Amikom Yogyakarta Selidiki Kematian Mahasiswa Usai Unjuk Rasa

Universitas Amikom Yogyakarta menyelidiki kematian mahasiswa Rheza Sendy Pratama setelah unjuk rasa di Yogyakarta, Minggu.

Rep: antara/ Red: antara
Amikom Yogyakarta menyelidiki kematian mahasiswa setelah kerusuhan unjuk rasa.
Foto: antara
Amikom Yogyakarta menyelidiki kematian mahasiswa setelah kerusuhan unjuk rasa.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA, – Universitas Amikom Yogyakarta menyatakan akan menyelidiki kematian mahasiswa Rheza Sendy Pratama, yang meninggal pada Minggu setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, menyusul partisipasinya dalam sebuah unjuk rasa di kota tersebut.

Forum Badan Eksekutif Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan di Instagram bahwa Rheza ikut serta dalam demonstrasi pada hari yang sama.

"Kami belum mengetahui kondisi yang terjadi. Kami tidak dapat memastikan apapun sampai penyelidikan dilakukan. Kami hanya menerima informasi ini sore tadi," kata Ahmad Fauzi, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Amikom.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas, Alfito Afriansyah, menggemakan ketidakpastian tersebut, menyatakan bahwa kronologi lengkap kegiatan Rheza masih belum jelas.

"Seperti yang disampaikan oleh Wakil Rektor, kami belum menyelesaikan penyelidikan. Kami masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi," tambah Alfito.

Terkait dugaan partisipasi Rheza dalam demonstrasi, BEM menyatakan masih mengumpulkan informasi.

"Kami terus mengumpulkan data dan berharap dapat menyusun gambaran yang lebih jelas tentang peristiwa tersebut," lanjutnya.

Rumah Sakit Dr Sardjito mengonfirmasi bahwa Rheza sempat dirawat sebelum meninggal dunia, namun tidak dapat memastikan apakah hal itu terkait dengan unjuk rasa.

"Ya, pasien dirawat di sini, tetapi kami tidak dapat memastikan apakah itu akibat dari demonstrasi," kata Banu Hermawan, Manajer Hukum dan Hubungan Masyarakat rumah sakit tersebut.

Hingga laporan ini disusun, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai penyebab kematian atau keterkaitannya dengan demonstrasi tersebut.

Sebelumnya, Juru Bicara Kepolisian Daerah Yogyakarta, Komisaris Ihsan, melaporkan bahwa para demonstran menyerang markas polisi dari Sabtu malam hingga Minggu dini hari.

Sekitar 50 orang mulai melempar batu, petasan, dan bom Molotov pada pukul 21.40, meningkatkan ketegangan. Bentrokan semakin intensif saat warga sekitar terlibat, menambah jumlah massa menjadi sekitar 500 orang.

Kerusuhan berlanjut hingga pukul 06.00, ketika personel TNI dan polisi membubarkan para pelaku kerusuhan. Pihak berwenang menahan puluhan orang, termasuk pelajar sekolah, dan menyita senjata tajam serta dua bom Molotov.

Enam orang terluka—lima pengunjuk rasa dan satu petugas.

Konten ini diolah dengan bantuan AI.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement