Rabu 27 Aug 2025 06:41 WIB

Tank Israel Masuk Kota Gaza, Warga Diusir Paksa

Puluhan syahid akibat pengeboman Israel di seantero Gaza.

Seorang tentara Israel bergerak di atas kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) di daerah dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 26 Agustus 2025.
Foto: AP Photo/Maya Levin
Seorang tentara Israel bergerak di atas kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) di daerah dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 26 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Militer Israel semakin mendesak masuk ke Kota Gaza, menghancurkan seluruh lingkungan dan membuat keluarga-keluarga Palestina tanpa tempat yang aman untuk dituju. Ini seiring dengan upaya mereka untuk merebut pusat kota terbesar di Jalur Gaza.

Serangan terhadap pasar populer di timur Kota Gaza pada Selasa menewaskan sedikitnya lima warga Palestina dan melukai banyak lainnya. Sumber di Rumah Sakit Arab al-Ahli mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dua wanita termasuk di antara mereka yang syahid.

Baca Juga

Rekaman video menunjukkan warga Palestina melarikan diri dari daerah as-Saftawi, sebelah utara Kota Gaza, ketika Israel berupaya memaksa hampir 1 juta penduduk ke arah selatan menuju zona konsentrasi.

Rekaman tersebut memperlihatkan barisan panjang pria, wanita dan anak-anak bergerak di sepanjang jalan yang berdebu dan rusak, banyak yang membawa tas, selimut dan kasur. Beberapa orang mendorong gerobak berisi barang-barang sementara yang lain memegang tangan anak-anak saat mereka berjalan kaki ke arah barat.

Israel telah menghancurkan lebih dari 1.000 bangunan di lingkungan Zeitoun dan Sabra di Kota Gaza sejak mereka memulai serangan berkelanjutan terhadap kota tersebut pada tanggal 6 Agustus, menurut perkiraan Pertahanan Sipil Palestina.

photo
Warga Palestina membawa kotak dan tas berisi makanan dan paket bantuan kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, 29 Mei 2025. - (AP Photo/Mariam Dagga)

Warga Kota Gaza dan penulis Sara Awad mengatakan keluarga-keluarga Palestina harus memilih antara menghadapi pemboman hebat Israel di rumah mereka atau kembali mengungsi.

“Saya selalu bertanya-tanya mengapa saya harus mengungsi dan tinggal di tenda, padahal [rumah] saya ada di sini,” kata Awad. Setiap hari, dia melihat semakin banyak keluarga Palestina yang mengemasi barang-barang mereka meski tidak punya tempat tujuan.

“Tidak masuk akal meninggalkan rumah saya sementara mereka memperlakukan kami bukan sebagai manusia,” katanya. Namun, dia yakin warga Palestina “hidup di hari-hari terakhir [mereka] di Kota Gaza”.

Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Inisiatif Nasional Palestina, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Israel berusaha “menghilangkan dan memusnahkan rakyat Palestina dengan tidak hanya melakukan genosida, tetapi juga pembersihan etnis”.

Dia berpendapat bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya untuk “memetakan ulang” Timur Tengah dan menciptakan “hegemoni ekonomi, hegemoni politik [dan] hegemoni intelijen di seluruh Timur Tengah”.

Setidaknya 64 warga Palestina syahid dalam serangan Israel di Gaza sejak Selasa fajar, kata sumber rumah sakit kepada Al Jazeera, termasuk 13 orang yang terbunuh saat mencari bantuan yang sangat dibutuhkan.

Sejak GHF yang didukung Amerika Serikat dan Israel mengambil alih operasi bantuan pada akhir Mei, lebih dari 2.100 warga Palestina terbunuh saat mencari bantuan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Kantor Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) memperingatkan dalam laporan terbarunya tentang memburuknya kelaparan, meningkatnya korban jiwa, dan menurunnya layanan di Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tiga kematian lagi terkait kelaparan tercatat dalam 24 jam terakhir, meningkatkan jumlah orang yang meninggal karena kelaparan sejak 7 Oktober 2023, menjadi 303 orang, termasuk 117 anak-anak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement