Rabu 30 Jul 2025 19:54 WIB

Tujuh Warga Gaza Meninggal Kelaparan 24 Jam Belakangan

Jumlah korban jiwa akibat kelaparan di Gaza mencapai 154 orang.

Ahmed Abu Halib dan istrinya Esraa berduka atas jenazah bayi mereka Zainab (5 bulan) yang meninggal karena kekurangan gizi, saat pemakamannya di luar Rumah Sakit Nasser, di Khan Younis, Jalur Gaza, Sabtu, 26 Juli 2025.
Foto: AP Photo/Mariam Dagga
Ahmed Abu Halib dan istrinya Esraa berduka atas jenazah bayi mereka Zainab (5 bulan) yang meninggal karena kekurangan gizi, saat pemakamannya di luar Rumah Sakit Nasser, di Khan Younis, Jalur Gaza, Sabtu, 26 Juli 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada Rabu mengumumkan tujuh kematian baru dalam 24 jam terakhir sebagai akibat dari kebijakan kelaparan Israel di wilayah tersebut. Pengumuman itu di tengah meningkatnya peringatan akan potensi peningkatan korban jiwa jika krisis ini tidak segera diatasi.

Kementerian mengumumkan melalui Telegram bahwa kematian baru ini menjadikan jumlah korban jiwa akibat kelaparan menjadi 154 orang, termasuk 89 anak-anak. Mereka menambahkan bahwa semua upaya sejauh ini gagal menanggulangi kelaparan. INi terungkap dari banyaknya orang yang tiba di ruang gawat darurat dan jumlah kematian yang telah lama diprediksi akan terjadi.

Baca Juga

Aljazirah mengutip Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza mengatakan bahwa 20.000 anak di Jalur Gaza berisiko memasuki tahap malnutrisi lanjut. Dalam beberapa hari terakhir, kematian akibat kekurangan gizi meningkat, dan tubuh anak-anak berubah menjadi kerangka. Kasus pingsan juga meningkat di antara banyak warga Gaza karena kelaparan yang memburuk di tengah kekurangan pangan.

Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu, sebuah lembaga pemantau kelaparan global yang terdiri dari para ahli, mengatakan pada Selasa bahwa kekurangan pangan di sebagian besar wilayah Jalur Gaza telah mencapai tingkat kelaparan.

Observatorium itu menegaskan bahwa terdapat bukti bahwa penyebaran kelaparan, malnutrisi, dan penyakit menyebabkan peningkatan kematian yang terkait dengan kelaparan dan malnutrisi.

photo
Warga Palestina membawa karung tepung yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan yang mencapai Kota Gaza dari Jalur Gaza utara, Minggu, 27 Juli 2025. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Sementara itu, Program Pangan Dunia mengatakan angka-angka tersebut mengkonfirmasi bahwa Gaza sedang menghadapi krisis kelaparan, dan waktu hampir habis untuk meluncurkan respons kemanusiaan yang komprehensif.

Program PBB menambahkan dalam sebuah pernyataan bahwa satu dari tiga orang di Gaza menghabiskan hari-harinya tanpa makanan, dan 75 persen menghadapi tingkat kelaparan darurat. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa sekitar 25 persen penduduk Jalur Gaza menderita kondisi seperti kelaparan.

Sementara itu, Action Against Hunger mengatakan bahwa kelaparan di Jalur Gaza semakin parah, dan sekitar 20.000 anak dirawat di rumah sakit karena kekurangan gizi yang parah.

Organisasi tersebut menambahkan bahwa 300.000 anak di bawah usia lima tahun dan 150.000 wanita hamil dan menyusui sangat membutuhkan suplemen terapeutik. Namun produk penting untuk mengatasi malnutrisi, seperti makanan terapeutik, suplemen bayi, dan zat gizi mikro untuk wanita hamil, sangatlah langka.

photo
Naima Abu Ful bersama anaknya yang berusia 2 tahun yang kekurangan gizi, Yazan, berada di rumah mereka di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza, Rabu (23/7/2025). Ayah dari Yazan, Mahmoud, mengatakan mereka sudah membawa anaknya ke rumah sakit beberapa kali. Dokter hanya menyarankan untuk memberinya makan. Namun orang tua Yazan menjelaskan tak ada makanan yang bisa diberikan untuk anak mereka. - (AP Photo/Jehad Alshrafi)

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa anak-anak mengantri untuk dirawat dalam antrean panjang.  Mereka menyoroti bahwa krisis ini semakin memburuk sementara dunia hanya diam saja.

UNRWA menambahkan, akses terhadap air bersih di Gaza masih menjadi tantangan sehari-hari.

Dalam beberapa hari terakhir, kematian akibat kekurangan gizi telah meningkat di Jalur Gaza karena pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan, di tengah peringatan akan terjadinya “pembantaian besar-besaran,” khususnya di kalangan anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement