Selasa 29 Jul 2025 19:05 WIB

'Kwik Kian Gie, Sosok Intelektual Berani dan Penyeimbang Kekuasaan'

Prof Didik J Rachbini mengenang keteladanan mendiang Kwik Kian Gie.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Hasanul Rizqa
Kwik Kian Gie dalam kenangan (ilustrasi)
Foto: Republika/Daan Yahya
Kwik Kian Gie dalam kenangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Kwik Kian Gie. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu menyebut mendiang sebagai sosok intelektual yang pemberani. Di sepanjang hidupnya, tokoh yang berpulang dalam usia 90 tahun itu memainkan peran penting dalam mengoreksi arah kebijakan ekonomi nasional.

“Kwik Kian Gie sangat vokal dan berpengaruh sebagai ekonom intelektual tahun 1980-an. Karena itu, pemikirannya dan terutama kritik tentang (ekonomi) di media massa sangat didengar dan berpengaruh,” ujar Prof Didik dalam keterangannya, Selasa (29/7/2025).

Baca Juga

Ia mengisahkan, ketika banyak ekonom terpelajar pada era Orde Baru memilih masuk ke lingkaran kekuasaan, Kwik justru mengambil posisi independen. Alumnus Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda, itu tetap di luar pemerintahan serta menjalankan peran check and balances untuk menjaga kewarasan kebijakan publik.

“Pada tahun 1990-an semakin banyak golongan terpelajar dalam bidang ekonomi dan politik. Mereka semua berkumpul di pemerintahan Orde Baru. Tetapi tidak bagi Kwik Kian Gie. Ia tetap berada di luar menjalankan peran check and balances secara tidak formal untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan ekonomi,” kata Didik memaparkan.

Kwik termasuk dalam "Kelompok Ekonomi 30", bersama dengan sejumlah tokoh, seperti Dr Sjahrir, Rizal Ramli, Dorodjatun, Hendra Esmara, dan Didik J Rachbini sendiri. Kelompok ini rajin menulis kritik dan usulan kebijakan di pelbagai media massa nasional untuk memperjuangkan pendekatan ekonomi yang berbasis bukti akademis.

“Kwik adalah salah satu ekonom dan tokoh publik Indonesia yang memiliki perjalanan karier dan pemikiran yang tajam, independen, serta kritis baik pada masa Orde Baru dan bahkan berlanjut pada masa Reformasi,” ucapnya.

Didik menegaskan, warisan utama Kwik adalah pemikiran tentang kedaulatan ekonomi dan kewaspadaan terhadap ketergantungan RI pada utang luar negeri. Dalam hal ini, sosok menteri koordinator bidang ekonomi, keuangan dan industri (menko ekuin) periode 1999-2000 tersebut begitu vokal dan konsisten.

“Ini yang selalu disuarakan: jangan tergantung kepada IMF dan utang agar tidak disubordinasi secara politik oleh kekuatan asing dan barat,” kata Didik mengenang mendiang Kwik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement