REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lima anak yang kelaparan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza semakin lemah, dan tidak ada hasil yang berhasil dari upaya para dokter. Perawatan dasar untuk mengatasi kekurangan gizi yang dapat menyelamatkan mereka ludes di bawah blokade Israel. Alternatif yang ada tidak efektif. Satu demi satu, bayi dan balita meninggal dalam empat hari.
Dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya, anak-anak yang kelaparan memenuhi Rumah Sakit Patient's Friends, yang merupakan pusat darurat utama bagi anak-anak yang kekurangan gizi di bagian utara Gaza.
Kematian pada akhir pekan lalu juga menandai adanya perubahan: kematian pertama kali terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki riwayat penyakit tertentu. Gejalanya semakin parah, anak terlalu lemah untuk menangis atau bergerak, kata dr Rana Soboh, ahli gizi. Dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar pasien membaik, meskipun kekurangan pasokan. Namun kini, sakit bertahan lebih lama dan tidak kunjung membaik, katanya.
"Saya kehabisan kata-kata menghadapi bencana yang kita alami. Anak-anak sekarat di depan mata dunia... Tidak ada fase yang lebih buruk dan lebih mengerikan dari ini," kata Soboh, yang bekerja dengan organisasi bantuan Medglobal yang berbasis di AS, yang mendukung rumah sakit tersebut.
Bulan ini, kelaparan yang terjadi di antara lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza melewati titik kritis yang mempercepat kematian, kata pekerja bantuan dan staf kesehatan. Tidak hanya anak-anak yang menjadi korban blokade Israel sejak bulan Maret, tetapi juga orang dewasa.

Dalam tiga minggu terakhir, setidaknya 48 orang meninggal karena kekurangan gizi, termasuk 28 orang dewasa dan 20 anak-anak, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Kamis. Angka tersebut naik dari 10 anak yang meninggal dalam lima bulan sebelumnya pada tahun 2025, menurut kementerian.
PBB melaporkan angka serupa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu bahwa pihaknya telah mendokumentasikan 21 anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal karena malnutrisi pada tahun 2025. Kantor kemanusiaan PBB, OCHA, mengatakan pada Kamis bahwa setidaknya 13 kematian anak dilaporkan pada bulan Juli, dan jumlahnya terus bertambah setiap hari.
“Manusia bisa beradaptasi untuk hidup dengan defisit kalori, namun ada batasannya,” kata dr John Kahler, salah satu pendiri Medglobal dan dokter anak yang menjadi sukarelawan dua kali di Gaza selama perang. “Tampaknya kita telah melewati batas di mana sebagian populasi telah mencapai ujung kemampuannya” “Ini adalah awal dari spiral kematian populasi,” katanya.