Selasa 22 Jul 2025 20:03 WIB

Uni Eropa Ultimatum Israel, Siapkan 'Semua Pilihan' Bila Bantuan tak Masuk Gaza

Eropa terakhir menggunakan kekuatan militer untuk menyetop genosida pada 1995.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja KAllas. Ia melayangkan ultimatum paling keras terhadap Israel terkait krisis kemanusiaan di Gaza.
Foto: AP/John Thys/Pool AFP
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja KAllas. Ia melayangkan ultimatum paling keras terhadap Israel terkait krisis kemanusiaan di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL – Uni Eropa menyatakan tengah menimbang semua pilihan yang tersedia  jika Israel tidak memenuhi janjinya untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan di Gaza. Ini ancaman terkeras blok negara-negara tersebut untuk Israel yang telah dua tahun melancarkan genosida di Gaza dan menyebabkan kelaparan parah belakangan.

“Pembunuhan warga sipil yang mencari bantuan di Gaza tidak dapat dibela,” tulis kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas dalam sebuah postingan di X. Ia menambahkan bahwa ia berbicara dengan Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar “untuk mengingat kembali pemahaman kita mengenai aliran bantuan dan menjelaskan bahwa IDF harus berhenti membunuh orang di titik distribusi.”

Baca Juga

Awal bulan ini, Kallas mengatakan Israel telah setuju untuk memperluas akses kemanusiaan ke Gaza, termasuk meningkatkan jumlah truk bantuan, titik penyeberangan dan rute menuju pusat distribusi. “Semua opsi akan dipertimbangkan  jika Israel tidak memenuhi janjinya,” kata Kallas.

Negara-negara Eropa terakhir menggunakan kekuatan militer untuk menyetop genosida pada 30 Agustus 1995. Kala itu pasukan NATO memulai intervensi militer di Bosnia dan Herzegovina.

Alasan intervensi tersebut adalah serangan artileri oleh Tentara Republik Srpska dua hari sebelumnya, pada 28 Agustus 1995 yang menewaskan 43 orang dan melukai 84 warga sipil di pusat Sarajevo.

photo
Pemandangan Grbavica, sebuah lingkungan di Sarajevo, sekitar 4 bulan setelah penandatanganan Perjanjian Damai Dayton yang secara resmi mengakhiri perang di Bosnia pada 1995. - (Public Domains)

Saat itu. komunitas internasional, setelah 40 bulan agresi terhadap Bosnia dan Hercegovina telah memberikan lampu hijau untuk melancarkan intervensi militer dan membangun perdamaian di negara tersebut.

Intervensi pasukan NATO yang disebut 'Operation Deliberate Force’' berakhir pada 21 September 1995 dan mencakup pengerahan sekitar 400 pesawat dan 5.000 orang dari 15 negara di seluruh dunia. Lebih dari 1.000 rudal ditembakkan. Dalam operasi NATO di Bosnia dan Herzegovina, pesertanya adalah Amerika Serikat, Turki, Jerman, Perancis, Inggris Raya, Belanda, Italia, Spanyol dan lain-lain.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement