Senin 07 Jul 2025 07:41 WIB

Sempat Diancam Dibunuh Israel, Khamenei Tampil Perdana di Depan Publik

Khamenei terlihat menyampaikan orasi selama penyerangan terhadap Iran.

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berbicara dalam pidato televisi pada Juni 2025.
Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berbicara dalam pidato televisi pada Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, muncul di hadapan publik untuk pertama kalinya pada akhir pekan lalu sejak berakhirnya perang dengan Israel. Khamenei berpartisipasi dalam upacara Asyura di Teheran.

Khamenei sebelumnya tidak hadir dalam upacara Tahun Baru Islam, Muharram, yang selama tiga malam terakhir digelar di kediamannya di Jalan Palestina. Namun, pada Sabtu ia hadir dalam upacara khidmat untuk memperingati gugurnya Imam Hussain.

Baca Juga

Rekaman video yang diunggah di X oleh akun resmi pemimpin tertinggi menunjukkan para hadirin di kediaman Imam Khomeini Hosseinieh menyambut Khamenei saat ia memasuki aula.

Selama perang 12 hari antara Iran dan Israel bulan lalu, Presiden AS Donald Trump dan Tel Aviv mengancam akan membunuh Khamenei.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Khamenei terlihat menyampaikan pidato beberapa kali selama penyerangan terhadap Iran berlangsung. Setelah gencatan senjata tercapai, Iran menuduh Washington ikut serta dalam serangan tersebut demi menyelamatkan Tel Aviv, yang kemudian ditanggapi oleh Iran dengan serangan balik.

Tiga hari pertama Muharram tahun ini diadakan di kediaman Khamenei untuk pertama kalinya tanpa kehadirannya.

Konflik antara Iran dan Israel pecah pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militer, nuklir, dan sipil Iran, yang menewaskan sedikitnya 935 orang. Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 5.332 orang terluka.

Teheran kemudian meluncurkan serangan rudal dan drone sebagai balasan, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 lainnya, menurut angka yang dirilis oleh Universitas Ibrani Yerusalem.

Amerika Serikat membombardir fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan, yang meningkatkan konflik.

Konflik tersebut berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata yang disponsori oleh AS dan mulai berlaku pada 24 Juni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement