REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Teknologi digital, terutama yang berkaitan dengan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI), semakin berkembang pesat. Karena itu, dunia pendidikan di Indonesia harus menyiapkan generasi muda agar mereka siap menjawab tantangan zaman tersebut.
Hal itu disampaikan pakar media digital Dr Makroen Sanjaya dalam lokakarya (workshop) bertajuk "Pemanfaatan Kecerdasan Buatan Dalam Dunia Pendidikan untuk Guru" di Aula Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, hari ini. Menurut dia, guru berperan sentral dalam menanamkan kecakapan digital pada peserta didik di sekolah.
Karena itu, lanjut Makroen, para guru tidak boleh ketinggalan dalam memahami perkembangan AI. Setidaknya, mereka mesti memahami apa saja dampak buruk yang dihasilkan dari teknologi ini.
Sebagai contoh, lanjutnya, AI pada masa kini sudah mampu menghasilkan video yang menampilkan sosok tertentu. Berbeda dengan video normal yang merekam suara dan gerakan subjek manusia, video palsu (fake video) menampilkan "gambar bergerak" dengan gerak-gerik dan suara yang mirip orang tertentu.
"Anda lihat video ini, ada seorang memakai seragam polisi dan dengan latar (tempat) seperti kantor polisi di belakangnya. Tapi sebenarnya video ini fake," kata Dr Makroen Sanjaya di hadapan lebih dari 100 peserta lokakarya, Kamis (26/6/2025).
Saat video itu diputar, kedua orang berseragam polisi itu seolah-olah sedang mengobrol satu sama lain. Isi obrolan itu justru bernada sindiran atau bahkan penghinaan terhadap insitusi kepolisian.
Karena itu, Makroen mengingatkan kepada para peserta, kecakapan digital menjadi sangat penting. Saat menerima konten-konten di media sosial, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu, apakah konten itu merupakan produk AI.

Lebih lanjut, jika konten itu berpotensi menyebarkan kabar bohong (hoaks), disinformasi, atau dapat menimbulkan kegaduhan, maka sebaiknya jangan disebarluaskan. Makroen mengingatkan, penyebaran hoaks dapat dihukum, sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Tenaga Ahli SKM Bidang Transformasi Digital dan Kecerdasan Artifisial (KA) Kemendikdasmen RI Nurvelly Rosanti mengatakan, pemerintah akan mulai menerapkan mata pelajaran Coding dan AI mulai tahun ajaran 2025/2026 nanti. Karena itu, lanjutnya, seluruh guru diharapkan dapat terus meningkatkan kecakapan digital.
"Jadi di tahun ajaran baru ini (2025/2026) kita sudah menerapkan pembelajaran Coding dan KA (Kecerdasan Artifisial) dimulai dari kelas V SD," ujar Nurvelly Rosanti, Kamis (26/6/2025).