Senin 16 Jun 2025 23:55 WIB

Prancis Tutup Stan Israel yang Pamerkan Senjata Pembunuh di Gaza

Gaza dilaporkan kerap jadi tempat menguji coba senjata Israel.

Stan Elbit Systems yang tertutup di Paris Air Show pada, Senin, 16 Juni 2025.
Foto: Benoit Tessier/Reuters
Stan Elbit Systems yang tertutup di Paris Air Show pada, Senin, 16 Juni 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS – Empat stan utama perusahaan Israel di pameran dirgantara Paris ditutup paksa oleh panitia. Ini setelah peserta pameran dilaporkan menolak untuk memindahkan beberapa senjata yang digunakan di Gaza dari pameran. 

Stan di acara industri kedirgantaraan tersebut disembunyikan dari pandangan setelah ada tekanan dari pemerintah Prancis kepada penyelenggara, kata sebuah sumber kepada Guardian.

Baca Juga

Stand tersebut digunakan oleh Elbit Systems, Rafael, IAI dan Uvision. Tiga stan kecil Israel, yang tidak menampilkan perangkat keras, dan stan Kementerian Pertahanan Israel, tetap dibuka. Pertunjukan udara tersebut berlangsung di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah. 

Reuters melaporkan bahwa instruksi tersebut datang dari otoritas Prancis setelah perusahaan-perusahaan Israel enggan mematuhi arahan dari badan keamanan Prancis untuk menghapus senjata ofensif atau kinetik dari tribun penonton.

Pertunjukan tersebut, yang pertama kali diadakan pada tahun 1909 dan diselenggarakan oleh Asosiasi Industri Dirgantara Perancis, berlangsung di Le Bourget, di timur laut Paris, dari Senin hingga Ahad nanti.

Prancis, yang merupakan sekutu lama Israel, secara bertahap menekan pemerintahan Benjamin Netanyahu atas tindakannya di Gaza dan serangan militer di luar negeri. Presiden Perancis, Emmanuel Macron, pada Jumat lalu menegaskan kembali dukungan negaranya terhadap hak Israel untuk melindungi diri mereka sendiri, namun sehubungan dengan serangan Israel terhadap Iran, ia meminta “semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan melakukan deeskalasi”. 

Kementerian Pertahanan Israel mengatakan pihaknya menolak perintah untuk menarik beberapa sistem persenjataan dari pameran, dan penyelenggara pameran menanggapinya dengan mendirikan partisi hitam yang memisahkan paviliun industri Israel dari yang lain. 

Kementerian tersebut mengatakan: "Keputusan yang keterlaluan dan belum pernah terjadi sebelumnya ini mencerminkan pertimbangan yang didorong oleh kebijakan dan komersial. Prancis bersembunyi di balik pertimbangan politik dengan mengecualikan senjata ofensif Israel dari pameran internasional – senjata yang bersaing dengan industri Prancis."

Sebelumnya pada Senin, gambar yang diambil oleh kantor berita AFP menunjukkan tulisan kuning di salah satu dinding hitam di sekitar tribun. Disertai gambar bendera Israel, tulisan itu berbunyi: "Di balik tembok ini terdapat sistem pertahanan terbaik yang digunakan oleh banyak negara. Sistem ini melindungi negara Israel saat ini. Pemerintah Prancis, atas nama diskriminasi, berusaha menyembunyikannya dari Anda." Belakangan, bagian tembok hitam itu diganti dengan tembok putih.

Israel sejak lama diketahui menggunakan serangan ke Gaza guna menguji senjata-senjata terbaru mereka yang nantinya dijual ke mancanegara. Tentara Israel merilis rekaman pada 22 Oktober 2024 dari unit komando Maglan yang mengerahkan bom mortir 120mm berpemandu presisi baru yang disebut Iron Sting di Gaza. Produsen bom yang berbasis di Haifa, Elbit Systems, telah mengiklankan bom itu di situs webnya sejak Maret 2021, ketika mula-mula diintegrasikan ke dalam militer Israel.

Pada 2014, drone yang membawa roket Spike buatan Israel juga laku keras. Drone Heron TP “Eitan” tersebut adalah kendaraan udara tak berawak (UAV) terbesar Israel dan mulai digunakan pada tahun 2007. Diproduksi oleh Israel Aerospace Industries (IAI) milik negara – perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan terbesar Israel dan eksportir industri terbesar di negara itu – drone ini dapat terbang hingga 40 jam terus menerus dan dapat membawa empat rudal Spike. 

Eitan pertama kali digunakan selama “Operasi Cast Lead” dalam perang Gaza tahun 2008-2009 untuk menyerang warga sipil, menurut organisasi non-pemerintah, Drone Wars UK. Menurut Defense for Children International, dari 353 anak-anak yang terbunuh dan 860 terluka selama Operasi Cast Lead, 116 diantaranya meninggal akibat rudal yang diluncurkan oleh drone.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement