Sabtu 07 Jun 2025 17:06 WIB

Siswa SD Wafat tak Wajar, Kementerian HAM: Ini Pukulan bagi Kemanusiaan

Kementerian HAM pantau penyelesaian siswa SD di Riau wafat akibat perbedaan agama.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi siswa SD wafat tidak wajar.
Foto: pixabay
Ilustrasi siswa SD wafat tidak wajar.

REPUBLIKA.CO.ID, RIAU -- Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian HAM Sumbar telah mengambil langkah penanganan kasus meninggalnya siswa SD di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Riau. Tercatat seorang anak laki-laki siswa kelas dua SD di Indragiri Hulu Riau meninggal setelah mengalami perundungan berulang oleh teman sekelasnya.

Kasus ini memantik perhatian publik karena perundungan disebabkan perbedaan agama. Kementerian HAM ingin memastikan proses penanganan kasus ini berjalan seadil-adilnya.

Baca Juga

“Kami sampaikan dukacita mendalam atas musibah yang menimpa keluarga korban. Ini pukulan bagi kemanusiaan yang tidak bisa kita anggap remeh," kata Kakanwil Kementerian HAM Sumbar, Dewi Nofyenti kepada wartawan, Kamis (5/6/2025).

Kementerian HAM terus mempelototi kasus ini guna memberi penguatan bagi keluarga korban dan mendorong evaluasi serius bagi pihak sekolah.

"Kamj mendorong agar keadilan ditegakkan sebenar-benarnya dan tentu saja sekolah atau dunia pendidikan kita menjadi catatan amat serius sebagai evaluasi agar tidak terjadi lagi di kemudian hari,” ungkap Dewi.

Kementerian HAM sudah berkoordinasi dengan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Wilayah Riau, Polres Inhu dan sekolah agar ada penyelesaian kasus perundungan ini. Kementerian HAM mendorong pemenuhan keadilan bagi keluarga korban.

“Kami mendapat keterangan dari Wakapolres Inhu yang menyatakan pihaknya telah melakukan tahap Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terhadap keluarga korban dan saksi, serta menunggu hasil otopsi yang akan disampaikan oleh Kapolres Inhu. Kita kawal ini bersama,” ujar Dewi.

Usai dari Polres Inhu, Jajaran Kanwil bersama LPAI dan Tim Polres Inhu menyambangi rumah korban yang berada di Desa Buluh Rampah. Orang tua korban menaruh harapan agar permasalahan ini dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya. Selanjutnya pihak KemenHAM mendatangi langsung SD Negeri 02 Buluh Rampai tempat dimana korban dan terduga pelaku bersekolah.

"Kami mendorong agar ini harus jadi evaluasi serius bagi sekolah. Ke depan jangan sampai terjadi lagi. Sekolah sebagai tempat pendidikan harus dipastikan rasa amannya. Ini jadi catatan penting kami. Artinya sekolah harus memperkuat pengawasan dan pendampingan terhadap anak-anak di sekolah,” ucap Dewi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement